Rabu, 06 Mei 2009

TRIP TO CENTRAL EUROPE

Thursday, July 27, 2006

Prague, Czech Republic 13 July 2006
PRAGUE CASTLE





# posted by JARUMSUPER @ 12:45 AM 0 comments

Vienna, Austria 12 July 2006






# posted by JARUMSUPER @ 12:42 AM 0 comments
Tuesday, July 25, 2006

Budapest, Hongaria 10 July 2006






# posted by JARUMSUPER @ 10:48 AM 0 comments

Krakow, Polandia 8 July 2006






# posted by JARUMSUPER @ 10:29 AM 0 comments

Frankfurt to Berlin 3 July, 2006






# posted by JARUMSUPER @ 8:12 AM 0 comments
Monday, July 24, 2006

Warsaw, 6 July 2006






# posted by JARUMSUPER @ 6:54 AM 0 comments

Berlin 4 July 2006






# posted by JARUMSUPER @ 6:37 AM 0 comments

Innsbruck & Salzburg 29 Juni 2006
PEMANDANGAN DI AUSTRIA
ON THE WAY TO INNSBRUCK
SWAROVSKY SHOW ROOM
SALZBURG


# posted by JARUMSUPER @ 6:27 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 13 - 14 Juli 2006 TAMAT
Sebelum memasuki perbatasan Austria dengan Republik Czeko ini, pemandu perjalanan mengingatkan beberapa kali bahwa Negara yang akan kami masuki ini, lain dengan Negara2 di Dunia maju yang kita kenal seperti Amerika Utara atau Eropah Barat. Kita diminta untuk lebih extra ber-hati2 karena dinegara ini, dibandingkan dengan negara2 yang sudah kita kunjungi sebelumnya, mempunyai tingkat kriminal yang lebih tinggi. Juga jangan mengharap akan memperoleh Service Quality yang sesuai dengan standard masyarakat “luar”, karena bekas2 kebudayaan dan semangat kerja dijaman Komunis dulu (Satu untuk semua, Kerja nggak kerja juga tetap sama) masih banyak melekat dikehidupan mereka.
Walaupun penduduknya mayoritas beragama Katolik, sama seperti tetangganya Polandia, Hongaria yang baru kami kunjungi, namun kenyataannya banyak yang agamanya cuman tercantum di KTP saja, Katolik KTP istilah kitanya, kenyataannya nggak pernah ke Gereja, kecuali pada saat mereka dipermandikan waktu dibawa oleh orang tuanya, pada saat mereka kawin, karena kalau nggak tidak bisa dapat surat kawin dan pada saat mereka meninggal, dibawa dan disembahjangkan oleh orang lain. Banyak pusat2 Pornography lewat Internet yang dimotori di Negara ini, banyak juga pemalsuan Credit Card yang diorganisir disini. Katanya komplotan pencopetnya lebih gawat dan lihay, melebihi rekan mereka di Madrid dan Barcelona, Spanyol.

Adikku Liong, yang sekarang menemani kami ikut Tour ini beserta isterinya, pernah kira2 10 tahun yang lalu mengunjungi Praha naik mobil pribadi dan baru semalam mereka menginap di Apartment sewaan, besoknya tahu2 mobilnya hilang disambar alap2. Waktu lapor ke Polisi, ya dibilang, salah sendiri, disini ya banyak komplotan maling. Terpaksa mereka membatalkan acara jalan2nya dan kembali ke Negeri Belanda naik Bus Umum. Makanya sekarang mereka juga kepingin melihat Praha lagi, tapi dengan sikap yang lebih ber hati2 menghadapi kelompok maksiat ini.
Cerita2 diatas membuat kita rada keder dan ngeri, padahal dari buku2 perjalanan yang sempat aku baca, kota Praha ini merupakan The City with Thousand Attractive Buildings, terdapat begitu banyak bangunan bersejarah yang patut dikunjungi dan dilihat. Pada waktu Perang Dunia yang lalu, kota Praha ini berhasil terselamatkan, tidak sampai hancur luluh kena bom seperti Warsawa dan Kota2 Jerman didekatnya.
Disamping itu, setelah berkelana menyusuri 6 negara dengan acara yang padat, dari pagi hari sampai larut malam, setelah mengunjungi begitu banyak Bangunan Istana dan Gereja serta Gedung2 historis lainnya, kami jadi bingung dan tidak sempat mengingat dan menbayangkan kembali apa dan dimana yang sudah kita kunjungi dan lihat. Hari ini adalah hari yang ke 10 dari acara Tour kami, dimana tiap harinya kami banyak berjalan kaki dengan “kecepatan” standard orang bule, membuat kami merasa lelah dan bosan. Siapa ya Raja Polandia yang membangun Istana mewah di Krakow itu? Di Budapest ada Istana apa saja ya ? Semuanya jadi tercampur baur saking banyaknya. Yang paling tidak terlupakan ya cerita mengenai Putri Sissi dan suami Maria Theresa yang “jagoan” tersebut.

Jadi gambaran kami tentang kota Praha ini menjadi kurang menarik dan rada takut untuk jalan sendiri. Kesempatan shopping (ternyata banyak barang2 Czeko yang menarik untuk oleh2) secara diam2 kami lakukan, pada waktu anggota Group kami sedang sibuk mendengarkan uraian tentang Jewish Quarter atau memasuki Museum Katedral Prague. Juga aku sudah membeli buku petunjuk tentang “Art and History of Prague” yang banyak berisi photo2 bangunan2 tua dikota ini, sehingga kalau nanti ada yang tanya sudah lihat apa saja di Kota Praha, aku masih bisa berbual sambil bermodalkan Buku Petunjuk ini. Mau tahu tentang “The Castle”, “Katedral Santo Vitus”, “Charles Bridge”, “Jewish Quarter”, “Old Town Square”? Jangan kawatir, aku bisa jadi Guide anda, asal ditemani Buku Pintar tersebut, soalnya waktu jalan kemarin ini, nggak sempat menekuni, karena banyak window shopping.

Aku sendiri sempat merekam perjalanan kami ini dengan memakai kamera SLRku serta DVD Videocamku, sehingga waktu kami berphoto, dileherku tergantung banyak peralatan yang kalau dilihat lagi jadi menggelikan. Tiap malam, walaupun kaki sudah terasa pegal karena banyak jalan, aku terpaksa “kerja” dulu men charge baterai HP, camera dan camcorder ini, tidak lupa men down load hasil photo2ku ke Notebook yang berat2 aku bawa keliling dengan bus. Belum lagi karena aku sudah janji untuk membuat laporan perjalanan kepada keluarga dan beberapa teman dirumah, terpaksa otak diperas untuk mencatat apa saja yang berkesan hari itu dan mengetiknya di PDAku diatas bus. Benar2 kerja berat, tapi terpaksa aku lakukan, takut kehilangan kenangan yang sudah mahal2 dibayar. Apalagi daya ingat sudah mulai uzur. Aku hitung2 sudah lebih dari 800 Jepretan Kamera dan hampir 6 jam Video Recording yang sempat aku simpan. Kadang2 aku jadi tersenyum sendiri, semuanya ini siapa yang mau lihat? Anak2 dan cucu2ku? Baru setengah jam saja nonton rasanya sudah akan bosan. Memang seperti buah simalakama, nggak diphoto sayang, tapi kalau nanti direkam, untuk apa dan siapa? Coba aku dibantu jawab. Anyway, biarin deh, toh aku sudah punya rekamannya, sama seperti rekaman perjalanan yang lain yang pernah kubuat, akan aku simpan saja, siapa tahu nanti 100 tahun lagi kalau sudah jadi barang antik, bisa laku mahal.

Sayang sekali, bahwa disamping mulai terasa rindu untuk kembali ke dunia normal dan sudah merasa capai melihat begitu banyak obyek wisata, udara di Eropah pada saat kami ikut Tour ini (terutama pada waktu kami berada di Vienna dan Praha) tidak mendukung sama sekali. Kami pilih pergi di Musim Panas ini karena hari terang jauh lebih panjang (rata2 matahari terbit jam 04:30 pagi dan mulai gelap jam 21:00), namun tahun ini ternyata musim panasnya memang panas tenan. Suhu udara disiang hari rata2 diatas 30 derajat, kadang2 malah mencapai 35 derajat dan disana banyak jalan kaki. Ditambah lagi karena kita ikut Tour, tinggalnya dihotel Kelas Economy, katanya sih bintang 3 atau 4, tapi nyatanya lain dengan kelas bintang di Indo, malahan lebih jelek dari kelas melati. Tidak ada AC, dan kalau jendela dibuka, disamping lampu harus digelapkan semua (karena kepanasan jadi pakaian tidur minim sekali), suara dari luar juga ,membuat sulit tidur. Kebutuhan air minum juga meningkat, tapi di Eropah kita harus hati2 karena kalau minta/pesan air putih, standardnya adalah air soda (air putih dengan gas CO2), kalau mau air Aqual biasa harus bilang air tanpa gas (ohne gas). Sama kalau ke Jawa Tengah, kalau pesan Teh harus bilang Teh Pahit, karena kalau nggak akan dikasih Teh manis atau kadang2 teh muanis tenan. Juga harga air minum mineral itu mahal sekali, sebotol isi 250 cc (persis cuman segelas) rata2 lebih dari Euro 1.00 (Rp. 12,000,-), lebih mahal atau sama dengan minum bir atau wine. Sedangkan di negara2 bekas Tirai Besi ini, kita dianjurkan nggak boleh minum dari air ledeng, lain halnya dengan di Jerman atau Austria. Disitulah komplikasinya kalau pergi dimusim panas. Karena itulah, pada waktu kami meninggalkan kota Praha, kembali ke Jerman, kami merasa lega, walaupun kami juga telah merasa puas melihat begitu banyak yang berbeda di banyak Negara yang baru pertama kali kami kunjungi. Kapan2 kami ingin kembali lagi, tapi akan lebih selektif akan kemana, dan tentunya mesti ngumpulin doku dulu deh.

Dengan demikian, maka berakhirlah Laporan Perjalanan kami yang resmi, yang telah berhasil kutuangkan asal2an saja sebanyak 13 kali (nomor 13 adalah nomor bagus untuk kami karena kami menikah tanggal 13 September). Kalau2 ada yang merasa terganggu, tersinggung ataupun kurang senang dengan apa yang kulakukan ini, ya aku minta maaf, dipersori saja. Dan kepada mereka yang paling tidak membacanya sampai habis, aku ucapkan terima kasih, kamsia. Juga pada mereka yang bersedia kirim komentarnya ke milisku, aku juga mengucapkan :
dziękuję (Thank You dalam bahasa Polish)
köszönöm ( dalam bahasa Hungarian)
děkuji vám ( dalam bahasa Zchech)
ďakujem Vám ( dalam bahasa Slovak)
danke schön (dalam bahasa German dan Austria)

Juga dalam kesempatan ini, ingin aku pakai untuk menyampaikan ucapan terima kasih kami kepada adikku Liong dan isterinya, yang selama perjalanan panjang ini bukan saja menemani kami, namun juga bertindak sebagai bendahara, dokter pribadi, tukang angkat koper, reminder waktu (karena sudah terbiasa dengan konsep tepat waktu di Belanda), penterjemah (dari Jerman ke Jawa kalau sedang tawar menawar), menyediakan air minum yang cukup, dan lain lain tugas yang membuat aku, walaupun lututku masih belum 100% normal, dapat menikmati liburan kami.

Mohon pamit dan sekali lagi Terima Kasih.


# posted by JARUMSUPER @ 5:57 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 12 - 12 Juli 2006
“ VIENNA, HERE WE COME “. Demikianlah perasaan hatiku, ketika pagi ini kami meninggalkan Hotel di Budapest menuju Vienna atau Wien atau Wina di Negara kecil Austria ini. Kami memang belum pernah ke Austria dan salah satu yang menarik kami untuk memilih Tour COSMOS ini adalah karena ada acara mampir ke Vienna, walaupun cuman semalam saja. Memang minggu lalu, ketika kami mampir ke Muenchen, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi kota2 Innsbruck dan Salzburg, namun kedua kota ini tidak ada bedanya dengan kota2 lain di Bavaria, Jerman Selatan, tidak ada yang khas Austria.

Vienna, sebagai Ibukota Negara Austria, memang tidak bisa lepas dari perkembangan Sejarah Kerajaan dan Kekaisaran di Eropah serta keagungan Dinasti Hapsburg, yang sejak abad ke-12 sampai dengan akhir PD (Perang Dunia) I ditahun 1918, menguasai Kekaisaran Austria yang mencakup hampir separuh dari daratan Eropah. Waktu itu, Austria telah menunjukkan kemampuannya menyatukan negara2 Eropah Utara, Tengah dan Timur, lebih kuat dibandingkan dengan para tetangganya Prusia, Spanyol dan Perancis. Namun setelah kalah perang dan menyerah kepada Sekutu Eropah di tahun 1918, lenyaplah Austria dari percaturan politik dunia, yang tinggal adalah Negara kecil yang sekarang ini hidupnya tergantung pada kebaikan negara2 tetangganya. Coba ada yang tahu siapa nama Presiden Austria? Mungkin hanya ada beberapa dari pembaca setia ocehanku ini yang tahu, tapi berani taruhan sebagian besar pasti nggak tahu, termasuk aku ini.
Tapi waktu itu, diawal abad 19, siapa yang tidak kenal dengan Kaisar Frans Joseph yang telah memimpin Kekaisaran Austria sejak dia berumur 18 sampai dengan dia meninggal dunia diusia 86 tahun ditahun 1916 setelah menjadi Kaisar Austria selama 68 tahun. Apalagi Kaisar ini, terkenal sebagai pemimpin yang suka bekerja keras dan berdedikasi tinggi untuk memajukan rakyat Austria, sampai2 dikamar tidurnya, disiapkan pantry supaya tiap pagi para pembantunya dapat menyiapkan Breakfast setiap jam 4 atau 5 pagi dan langsung bekerja membaca surat2 yang masuk. Yang lebih membuat dia terkenal lagi, Kaisar Frans Joseph ini telah mempersunting Putri Elizabeth dari Bavaria, Jerman, yang kecantikannya tidak terkalahkan diseluruh jagad Eropah waktu itu. Sebetulnya Frans Joseph sudah dijodohkan dengan Putri Helen, kakak dari Elizabeth ini, namun pada waktu dia bertemu dengan Sissi (nama panggilan Putri Elizabeth), sebelum pertunangannya dengan Helen diumumkan, langsung dia jatuh cinta pada pandangan pertama dan memutuskan untuk menikahi adik Putri Helen ini. Persis kayak di Sinetron RCTI saja. Tragisnya, setelah menikah, Sissi menjadi kecewa sekali atas semua aturan yang ketat dari istana sampai2 dia memutuskan hanya hidup untuk membuat dirinya cantik, bersolek sepanjang hari, pergi jalan2 (JARUM SUPER) dan menikmati hidup tanpa sedikitpun memikirkan nasib suaminya dan rakyatnya. Dia juga memutuskan hanya mau digambar (waktu itu belum ada photo) sampai umur 30 tahun, setelah itu tidak boleh seorangpun yang melukisnya, takut kelihatan keriput. Kalau ada kesempatan, carilah DVD (mungkin di ITC Kuningan ada copyannya) berjudul “Sissi, Forvever My Love”, pasti Ibu2 akan senang sekali menontonnya, karena ceritanya demikian menyentuh hati.

Karena kami hanya punya waktu 1 hari saja di Vienna, disamping acara rutin City Tour, kami juga sempat mengunjungi bangunan Istana dan Gereja yang dibangun dan dipergunakan oleh Keluarga Hapsburg ini yaitu Kompleks Istana Kaisar di Hofbrug dan Katedral St Stephen dan juga Istana Musim Panas Schonbrunn (artinya Air Mancur yang Indah) dengan tamannya yang indah dan asri. Dasar sebagai manusia masih juga mempunyai sifat tamak, Kaisar Austria ini mau menyaingi Raja Perancis yang mempunyai Istana Versailles yang luasnya 3 x lebih besar (mempunyai lebih dari 3,000 kamar??), namun karena Austria tidak punya dana yang cukup lagi, sudah habis untuk berperang, maka yang berhasil dibangun hanyalah Pintu Gerbang tambahan saja.

Memasuki suatu Istana atau bangunan bersejarah yang banyak sekali terdapat di Eropah ini, memang menaik sekali, namun anda membutuhkan banyak waktu untuk benar2 menikmatinya. Lagian buat kami, ya memang bangunan2 itu demikian wah dan megah, namun ya “So What, gitu?”, kami lebih tertarik mendengarkan uraian2 dan cerita Tour Guide kami tentang sejarah dan cerita burung sekitar Istana dan keluarganya. Apalagi kalau menyangkut cerita2 off the record yang barangkali tidak anda jumpai di literature sejarah resmi (ber gossip ria). Aku baru tahu bahwa pasangan Kaisar Maria Theresia dengan suaminya, yang terkenal telah mengembangkan kekaisaran Austria ini, telah “menghasilkan” 16 anak, sedangkan suaminya mempunyai wanita simpanan lain yang ikut berkontribusi menghasilkan 19 orang anak. Saking sibuknya sang suami menekuni “hobbynya” ini, tampuk pimpinan Pemerintahan diserahkan sepenuhnya ke isterinya. Aku juga baru tahu bahwa semua anak wanitanya (hanya tinggal 6 yang hidup sampai dewasa) semuanya dinamakan Maria ini atau Maria itu, dan salah seorang diantaranya adalah Maria Antoinete yang nantinya diperisteri oleh Raja Louis XVI dari Perancis dan pada waktu Revolusi Perancis dipenggal kepalanya dengan Guillotine oleh rakyat Perancis (masih ingat kan dari pelajaran sejarah Tempo Doeloe?). Masih banyak lagi cerita lainnya, namun dari sini kita bisa belajar, siapapun mereka, tetaplah sebagai manusia biasa, mereka tidak lepas dari dari sifat2 tamak, sirik, iri hati, kejam dll. Persaingan di Istana ini juga mirip2 dengan gejolak politik yang sering terjadi di Tanah Air.

Begitu memasuki kota Vienna, terasa sekali bahwa kota ini adalah kota Internasional. Turis2 asing begitu banyak memenuhi kota ini, terlihat dan terdengar macam2 bangsa dan bahasa. Bus2 besar, khusus Turis, yang dipenuhi para pengunjung mancanegara memadati jalanan dan Pusat2 Turis. Tentu saja hal ini menyebabkan jalanan jadi sering macet dan harga barang2 serta makanan menjadi mahal. Gedung2 tua tampak terawat dengan rapi dan apik, jalanan bersih sekali, karena penduduk kota Wina ini sangat concern sekali dengan masalah environment dan polusi. Malahan PBBpun telah memilih kota Wina sebagai Kota PBB yang ke-3 setelah New York dan Geneva. OPEC (Perhimpunan Negara Penghasil Minyak Bumi termasuk Indonesia)pun mempunyai kantor pusat disini. Namun saking mahalnya, kami tidak berani melampiaskan hobby kami untuk shopping, apalagi semuanya dalam mata uang Euro dan disini nggak boleh menawar. Jadi kalau ada waktu luang, sambil nonton Gedung2 tua, kami masih sempat cuci mata, window shopping saja. Namun setelah hampir seminggu lamanya perut tidak pernah mengenal nasi dan sambal, maka di Vienna ini kami sempatkan untuk mencicipi Chinese Food ala Vienna, tidak enak pisan tapi masih mendingan lah dibandingkan dengan Sosis Polandia atau Goulash Hongaria serta Roti ala Gipsy.

Belum sempat kami puas menikmati kotanya si Sissi ini, sudah diumumkan oleh Tour Director kami, besok jam 6:00 Wake Up Call, 6:30 Koper ada didepan kamar, 6:30 Breakfast dan jam 7:30 kita berangkat ke Czech Republic, PRAGUE atau PRAHA.

See you tomorrow.


# posted by JARUMSUPER @ 5:56 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 11 - 11 Juli 2006
Hari ini, sudah 3 minggu lamanya kami berkelana meninggalkan Jakarta. Menarik juga perjalanan kami kali ini, karena mengunjungi banyak Negara dan banyak tempat yang kami belum pernah kunjungi sebelumnya, namun rasa kangen kerumah juga mulai muncul. Sebagai kebiasaan kami dirumah, tiap malam anak, mantu dan cucu2 kami biasanya menyempatkan diri untuk makan malam bersama dirumah kami, karena mereka semua tinggal berdekatan dengan kami. Jadi kalau kami sedang akan makan malam dalam perjalanan ini, selalu terasa mana nih Bryan, Dea dan Emily kok tidak terdengar jeritan2 mereka.
Juga terasa sekali, kalau biasanya dirumah, secara berkala, kita tinggal panggil tukang pijat langganan kita dan pijatan tangan si Embok akan langsung membuat peredaran darah kita jadi lancar dan semua otot2 yang pegal jadi terasa kendor. Kali ini, setelah banyak jalan kaki mengikuti City Tour di beberapa kota serta menghabiskan waktu untuk shopping, setelah kita memasuki kamar untuk istirahat, jadinya saling berpandangan dan secara ber-sama2 ngomong : “ Pijatin, dong”. Karena dua2nya sama2 kaki dan badan pegal, ya kita bersepakat, marilah kita bayangin saja betapa enaknya pijat dirumah sama si Embok. Nanti begitu kita sampai rumah, kita pijat se-puas2nya ya.
Itulah kalau Opa dan Oma sedang bepergian.

Dua hari yang lalu, kita meninggalkan POLANDIA, menuju SLOVAKIA dan memasuki HONGARIA. Ke-tiga2nya adalah bekas Negara Tirai Besi dibawah pimpinan Partai Komunis waktu itu dan dipengaruhi oleh tekanan keras Pemerintah UNI SOVYET yang kuat. Namun diakhir tahun 90-an, semua negara2 ini telah berontak dan keluar dari rezim Komunis masuk ke dunia “bebas” alias pro Barat atau pro Amerika. Negara2 itu menjadi terbuka untuk orang dan investasi asing, terutama yang datang dari negara2 Eropah lainnya (European Union), sehingga perusahaan global international semuanya ber-lomba2 masuk kenegara2 ini. Tak ketinggalan juga produsen Asia seperti Toyota, Samsung, SONY dll bersaing dengan Pabrikan Eropah. Para produsen International, terutama Eropah, banyak diuntungkan dengan lahirnya negara2 baru Pro Barat ini, karena mereka mempunyai tambahan daerah pemasaran baru untuk barang2 mereka, mengalahkan produk2 Rusia yang tadinya menguasai pasaran lokal. Juga mereka banyak yang mengalihkan pabrik2nya ke Negara2 ini karena adanya fasilitas kemudahan bebas bea dan tenaga kerja yang murah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan di negara2 maju seperti Eropah Barat.
Negara2 baru ini juga berlomba untuk memasuki organisasi persatuan Eropah seperti NATO, EU dll serta berjanji akan merubah mata uangnya menjadi Euro, membuka lintas batasnya dengan ikut perjanjian Schengen. Hal ini tentu saja akan membuat pengaruh masuknya pornography, obat2 bius dan maksiat dunia bebas lainnya yang sangat bertentangan dengan aturan rezim Komunis terdahulu serta bertentangan dengan azas agama Katolik yang banyak dianut oleh penduduknya. Tapi inilah dunia, yang “kotor” umumnya akan lebih menyenangkan dan lebih menang daripada yang “bersih”. Dan sebentar lagi jangan heran kalau anda berkunjung ke Warsawa atau Budapest dan mereka sudah memakai uang Euro, bisa jadi harga2 akan jadi semahal di Berlin, Paris ataupun Roma.

Untuk menuju kota BUDAPEST dari Krakow, kami harus melewati Negara Slovakia, yang setelah Perang Dunia II bergabung dengan Republik Ceko, dan bernama Cekoslovakia, dibawah Rezim Komunis, pemerintahan boneka Sovyet Uni. Penduduk Ceko dan Slovakia memang berbeda dari dulu, namun suatu saat mereka bersepakat untuk bersatu, namun karena bangsa Slovakia merasa bahwa bangsa Ceko ternyata jauh lebih menguasai pemerintahan dibandingkan dengan mereka, suatu saat ketika mereka lepas dari Rezim Komunis, Slovakia ingin berdiri sendiri. Jadilah mereka 2 negara berdaulat yang berbeda, Republik Ceko dengan ibukota Praha dan Republik Slovakia dengan Ibukotanya Bratislava. Namun karena sumber alam dan sumber daya manusia di Slovakia jauh lebih kurang dibandingkan dengan bekas temannya, maka ternyata Slovakia menjadi jauh lebih miskin. Ini terlihat sekali pada waktu kita melintasi tapal batas Slovakia menuju Hongaria, jalan2 terlihat lebih kecil dan banyak yang sedang dalam perbaikan, rumah2 lebih tidak terawat dan tua2 dan jarang terlihat mobil yang berlalu lintas terutama yang memakai plat nomor Slovakia, kalau dibandingkan dengan tetangganya Polandia. Karena kami tidak mengunjungi Negara Slovakia ini, hanya ditengah jalan kita mampir untuk makan siang saja, maka kita tidak tahu banyak tentang Slovakia dan juga tidak tukar uang. Pada waktu lunch, kita diminta untuk membayar dengan Euro saja, tiap orang Euro 10.-. Ceritanya, pada waktu ada polling terakhir, 38% penduduk Slovakia ingin kembali bergabung dengan Ceko, mengenang masa lalu. Tapi ya susah. Ngomong2 kondisi di Timor Timur kali gitu juga, mereka bisa2 menyesal kenapa minta pisah dari Indonesia.

Sampai di Hongaria, kita dianjurkan untuk tukar uang lagi, karena akan menginap 2 malam di Budapest dan uang Zloty Polandia tidak mudah diterima di Hongaria. Mereka menggunakan mata uang Forint (FT atau HUF). Kursnya Euro 1 itu kira2 sama dengan FT 250, sedangkan di Polandia kita sudah terbiasa dengan E 1 = Zloty 4 , jadi kalau hitungan kasar2an Zloty 1 = Rp. 3000,- sedangkan FT 1 = Rp. 50,-. Waktu selesai tukar uang, kami mampir di WC dan taripnya per orang FT 100 atau kira2 Rp. 5000,- . Buset, mahalnya. (di Jerman E 20 cent – Rp 2,500-, di Polandia Zloty 1 – Rp. 3000,-.).
Orang2 bule pada ber-teriak2 senang, wah sekarang saya jadi tambah kaya, katanya. Maklumlah kalau mereka tukar E 400, mereka akan dapat FT 100,000, mereka belum terbiasa dengan angka2 yang 250 kali lebih besar dari kebiasaan mereka dirumah. Dalam hati kecilku, aku tertawa geli, belum tahu lu kalau kamu tukar dengan Rupiah, kamu langsung jadi jutawan, kan E 400 bisa dapat 5 juta rupiah. Tapi tentu saja aku malu menyampaikan hal ini, karena makin besar besaran uangnya, berarti makin lemah mata uang itu.
Hanya saja untuk kita, yang sedang berkunjung ke Negara lain, belanja dengan Euro atau Dollar itu sering menyesatkan, karena bilangannya kecil2. Ah cuman E10, padahal kalau sudah tenang di Hotel kita hitung balik, lho kok ternyata harganya itu sama denag Rp. 120,000-, padahal barang yang sama di Glodok paling2 cuman Rp. 40,000,-, kenapa saya beli ya.

Kota Budapest itu merupakan penggabungan antara 2 kota yaitu kota BUDA dan kota PEST, yang dipisahkan oleh Sungai Donau atau Danube (istilah Inggrisnya), malahan dijaman dahulu pernah dinamakan PESTBUDA. Ini semacam kota Minneapolis-St Paul di Minnesota, USA (Twin City), atau sama dengan Airport SeaTac yaitu penggabungan antara Seattle dan Tacoma di USA. Atau kalau di Indo barangkali sama seperti apa yang sedang diimpikan oleh Bang Yos, untuk menjadi Gubernur dari Kota JABOTABEK (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi, kan kita lebih canggih dari bangsa lain yang cuman berhasil menggabungkan 2 kota saja). Asal nanti kalau ada perubahan zaman, Jabotabek jangan sampai diganti menjadi BEJAT dan BOTAK saja (BEkasi JAkarTa BOgor TAngerang Kota).
Diluar dugaanku, ternyata Kota Budapest ini indah sekali dan elegant. Kotanya agung, banyak bangunan2 besar dan indah yang sebanding dengan Kota Dunia lainnya seperti Paris, London ataupun Roma. Bangunan, baik Istana atau Gereja serta bangunan2 umum lainnya tampak masih berdiri indah, dengan jalan2 boulevard yang lebar, banyak taman2 asri dengan hiasan monumental. Walaupun dibanyak tempat terlihat gedung2 tersebut rada kurang terawat, namun kalau anda sempat berjalan dimalam hari, gedung2 tersebut sengaja disoroti dengan lampu2 kuat sehingga terkesan cantik sekali. Sayang kami cuman 2 malam saja, itupun terasa kagum melihat kota Budapest yang indah ini. Kita berharap semoga ada kesempatan lain untuk lebih lama lagi tinggal dan mengagumi banyak tempat di Budapest ini.
Untuk melihat keindahan dan keagungan kota ini, ikutilah Cruise malam hari sepanjang sungai Dona yang membelah kota Budapest ini, melewati kolong beberapa jembatan indah dan megah yang ber-beda2 bentuk, sama konsepnya dengan jembatan penghubung dikota Paris (Sungai Seine) atau kota London (Sungai Thames) karena anda akan dapat menikmati begitu banyak bangunan2 indah sepanjang sungai ini.
Pagi harinya sempatkanlah untuk melihat Heroes’ Square yang seperti Lapangan Monas di Jakarta, tapi dipenuhi dengan Monumen2 anggun para Pahlawan Hongaria dijaman dahulu. Dikeempat sisinya, tampak bangunan2 tua megah yang dipakai untuk Museum dan Gedung Kesenian. Sulit digambarkan dengan kata2, yang jelas bayanganku tentang Hongaria jadi berubah, tidak pernah menyangka akan seindah dan semegah ini.
Kemudian anda harus singgah di Kompleks Istana (Castle Distict), tempat Istana dan Kompleks Kerajaan Raja Mathias dijaman dahulu, yang menggambarkan kemegahan orang2 Hongaria dijaman keemasannya, pada waktu mereka menguasai daratan Eropah sebelah Timur dan Tengah.
Dan sebagai orang Indonesia yang baik, jangan sampai ketinggalan untuk pergi ke tempat hiburan yang paling dinanti2kan yaitu SHOPPING. Ada bangunan tua, 2 lantai, luasnya sekitar 10,000 m2 yang dipenuhi dengan kiosk2 penjual makanan, bahan2 makanan/buah/sayur khas Hongaria, serta tidak ketinggalan penjual barang2 souvenir buatan Hongaria. Yang dianjurkan untuk dibeli sebagai oleh2 adalah barang2 kerajinan sulaman seperti taplak meja, blouse wanita dan pakaian anak2 dengan sulam2an khas Hongaria, serta kerajinan porselen Hongaria. Nama tempatnya THE MARKET HALL. Nah, kapan lagi kalau tidak melampiaskan kerinduan kita untuk berbelanja, apalagi disini masih bisa menawar (berani nggak berani kita bisa berhasil nawar sampai 40%). Untuk barang2 seni tersebut yang tidak dapat anda beli di Indo, bolehlah untuk dibawa pulang sebagi oleh2. Setengah harian kami habiskan tanpa susah2 tukar uang, karena mereka dengan senang hati menerima uang cash Euro ( kalau pakai credit card nggak dapat discount). Sekali lagi keahlian yang satu ini, jangan sampai pernah terkalahkan.

Sungai Dona yang membelah kota Budapest ini, merupakan kelanjutan dari Sungai Donau yang bersumber mulai dari Jerman Tengah. Dari Jerman Sungai Donau ini melewati tengah kota WINA. Austria, lalu lari mengaliri tengah kota Bratislava di Slovakia (berganti nama jadi sungai Donaj), melanjutkan perjalanan memisahkan Buda dan Pest di Hongaria (berubah nama jadi Dona), lalu lanjut ke Romania dan bermuara di Laut Hitam (Black Sea). Sungai ini demikian romantisnya, sampai komponis Johann Strauss yang terkenal itu, menciptakan lagu The Blue Donau Waltz. Hanya orang mempertanyakan, kapankah Donau pernah biru, karena waktu aku melihat di Budapest, warnanya tidak biru, melainkan ke coklat2an karena polusi. Orang menyangsikan pandangan Strauss waktu itu, apakah dia sedang mabuk atau langit sedang biru dan memantul ke sungai atau ada lagi yang mengejek, bahwa dia sedang melihatnya dengan kaca mata biru pada waktu menciptakan lagu ini. Entahlah, tapi memang Sungai Donau itu romantis sekali.

Kalau aku ada waktu lebih, sebetulnya aku kepingin mengunjungi 2 tempat lain di Budapest ini :
1. Pada saat mereka menentang dan menumbangkan Rezim Komunis diakhir 1990-an, mereka merasa benci sekali dengan Komunis dan bangsa Rusia, dan mereka sudah merencanakan untuk menghancurkan semua yang berbau Komunis atau Rusia. Namun pimpinan mereka demikian bijaksananya sehigga mereka menasehati rakyatnya, untuk tidak menghancurkan apa2, melainkan semuanya yang mereka benci itu, dipindahkan disuatu tempat dan nantinya terbuka untuk umum kalau mau dipakai sebagai tempat melampiaskan kebencian ke Komunis atau Rusia. Nah tempat ini sekarang dinamakan STATUE PARK. Disitu terdapat Patung2 Raksasa Marx, Lenin, Stalin, pahlawan2 Komunis dan Rusia lainnya yang dipindahkan dari tempat2 startegis dikota Budapest dahulunya. Juga dijual memorabilia/souvenir2 Komunis ataupun yang mengejek Komunis/Rusia.
2. Tempat mandi umum dengan Air Panas. Orang Hongaria belajar dari Turki (yang pernah menguasai Hongaria) dan senang memanfaatkan sumber mata air panas untuk dijadikan Tempat Mandi Untuk Kesehatan (Turkish Bath). Ada banyak tempat untuk Mandi ala Turki ini, tapi aku tidak sempat mencobanya. Next time deh.

Pagi ini, kami sudah akan meninggalkan Budapest kembali ke “peradaban normal”, memasuki kota WINA di Austria.

Sampai dilain kesempatan,


# posted by JARUMSUPER @ 5:54 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 10 - 9 Juli 2006
Walaupun hanya 4 malam saja kami singgah di Polandia (2 malam di Warsawa dan 2 malam di Krakow), namun selama kami berada disini,tidak pernah kami merasakan sedikitpun berada di Negara bekas Komunis dan Tirai Besi yang menurut gambaranku dan propaganda kaum Kapitalis semula akan menyeramkan, bertemu rakyat yang bermuka cemberut, jalan2 dipenuhi dengan tentara yang berkeliaran “menjaga” rakyatnya, malahan aku nggak tahu bedanya antara Jerman dan Polandia dan bahkan kesanku di Polandia lebih baik daripada di Jerman. Di TV Hotel tersedia Adult Movie, sama seperti yang ditawarkan Hotel2 di Berlin, anak2 muda dengan pakaian ketat diperut, seperti dimanapun didunia ini, juga banyak ditemui.
Diwaktu yang lalu, karena tugas dikantor, aku pernah berkunjung ke Bucharest, Rumania, rasanya lain dengan di Polandia, lebih serem dan rada menakutkan gitu.
Ceritaku yang lalu membuktikan bahwa pada saat aku dalam keadaan darurat, orang2 yang tidak pernah kenalpun bersedia dengan tangan dan hati terbuka menolong. Nggak banyak Negara yang punya rakyat berhati baik demikian. Kesan bertemu dengan penduduk setempat, baik penjaga restoran, penjaga toko ataupun masyarakat umum, kalau kita bertanya tentang arah, kita selalu mendapat petunjuk yang menolong. Dibanyak Negara, seperti Eropah Barat, Amerika, malahan petunjuknya kadang2 suka menyesatkan. Ada salah seorang peserta yang ketinggalan camera disalah satu restoran dan penjaganya berbaik hati untuk lari mengantarkan camera tersebut.
Aku catat bahwa harga bensin kira2 sedikit lebih rendah daripada di Jerman (di Polandia sekitar 4,40 Zloty atau kira2 Euro 1.10/liter sedangkan di Jerman sekitar Euro 1,30/liter), akan tetapi harga makanan dan kebutuhan se-hari2 bisa sekitar 50% dari harga Euro. Beaya taxipun kira2 separuhnya (Flagfall 5 Zloty atau setara dengan Euro 1,25, di Jerman Euro 2,40).

Yang paling menarik adalah mendengar cerita bagaimana kota Warsawa telah dihancur luluhkan setelah selesai Perang Dunia II. Saat itu bagian Barat dikuasai oleh Hitler dan sebelah Timur oleh Tentara Rusia. Pada saat mereka mengakhiri perang, kedua belah pihak telah membumi hanguskan kota Warsawa, total sekitar 6 juta penduduk Polandia telah gugur menjadi korban perang. Barangkali sama kalau dibandingkan dengan keadaan kota Hiroshima dan Nagasaki setelah dijatuhi oleh Bom Atom Amerika. Namun semangat rakyat Polandia tetap tinggi, karena mereka tahu masa depan mereka, hanya merekalah yang harus menentukan sendiri, maka be-ramai2lah mereka membangun kembali ibukotanya yang hancur ini. 15 tahun lamanya, sedikit demi sedikit, mereka berhasil merekonstruksi kembali kota Warsawa, sehingga sekarang ini tidak ada sedikitpun bekas2 perang yang terlihat. Malahan apa yang dinamakan Old Quarter (Kota Lama) yang isinya bangunan2 tua, tadinya aku pikir memang benar2 tua, tapi ternyata semuanya adalah bekas rekonstruksi kembali setelah perang usai.

Kalau ditanya, apa yang bisa dilihat dikota Warsawa, penduduknya sangat membanggakan Taman Frederyk Chopin, semacam kebun raya yang penuh dengan tanaman rindang dan ada patung memperingati Komponis Polandia yang terkenal ini. Lalu pergilah ke Old Quarter tadi, yang tidak boleh dimasuki kendaraan umum, yang memperlihatkan rumah2 penduduk Polandia diabad2 lalu dan khusus dibangun untuk menarik para turis. Dikompleks ini ada bekas istana yang namanya Willanow Palace, kalau ada waktu boleh juga dikunjungi. (Nasehatku – jangan shopping di Warsawa, harga2 umumnya mahal, kalau mau shopping, tunggu sampai anda ada di Krakow).
Sejak Polandia meninggalkan paham komunis di tahun 1990-an, banyak turis yang mendatangi Negara ini, apalagi banyak kemudahan yang diberikan seperti bebas visa (kecuali untuk paspor Indonesia), hotel2 baru, fasilitas telekomunikasi (termasuk high speed internet lewat hotspot di tempat2 yang banyak dikunjungi turis), Handphone dimana2 (termasuk bisa roaming dengan Telkomsel). Saya dengar ada 60 juta turis yang datang tiap tahunnya, lebih2 lagi kalau musim panas seperti sekarang ini, banyak bus2 besar yang datang memenuhi tempat2 turis ini.
Kalau anda doyan makan seperti aku, cobalah makan makanan Polish yang akupun belum pernah mencobanya ditempat lain seperti misalnya Polka Traditional Food. Hanya saja kalau anda ada pantangan, ya terpaksa bawa supermi atau bubur instan, karena sulit untuk menemukan Chinese atau Asian Restaurant.

Jangan sampai melupakan ke Krakow, karena kota ini, walaupun lebih kecil dari Warsawa, merupakan kota terindah di Polandia, apalagi anda harus melihat bekas Kamp Konsentrasi Auschwitz yang aku ceritakan kemarin. Di Krakow, ada Istana Wawel yang gedenya minta ampun, untuk kesana harus naik bukit dan jalan jauh, jadi kalau anda sudah berumur seperti aku ini, pikir dahulu sebelum terlanjur jalan. Yang harus dikunjungi juga adalah Rynek Glowny Square, yang merupakan alun2 kota yang terbesar di Eropah, ukurannya 200 x 200 m. Nah disinilah terletak The Cloth Hall, semacam pasar yang memuat kios2 yang menjual souvenir khas Polandia dan sebagai orang Indonesia, jangan lupa untuk shopping beli oleh2 disini. Anda bisa memilih barang2 dari AMBER, semacam batu perhiasan yang asalnya dari bekas pohon dijaman dulu, boneka2 khas Polandia, barang2 kesenian kayu dan kulit dll, untuk dibawa pulang. Kalau pintar anda juga masih bisa menawar, dengan menggertak bayar cash (nggak pakai credit card), Jenny berhasil mendapat discount sampai 20%. Itulah keahlian kita, bargaining.
Disitu juga banyak terdapat cafe2, karena untuk pergi ke toilet, anda harus menggunakan fasilitas di café ini dan bayar 1 Zloty.

Besok kita akan menyeberang menuju Negara Hongaria, melalui Slovakia (dulunya bergabung dengan Republik Ceko, namanya Cekoslovakia), yang juga pernah mempunyai pemerintahan Komunis. Tunggu saja laporanku berikutnya.


# posted by JARUMSUPER @ 5:53 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 9 - 7 Juli 2006
Kota kedua Polandia yang akan kami kunjungi hari ini adalah KRAKOW (dibacanya Krakov), kira2 350 km disebelah selatan Warsaw. Kota ini merupakan kota seni, karena disitu terdapat banyak Gereja tua serta Istana Raja2 Polandia, jadi kalau Warsaw itu adalah Jakartanya Polandia, maka Krakow itu seperti Jogya, kota seni budaya.

Selama kunjunganku ke Polandia ini, ada 2 hal yang kuamati yang tidak aku jumpai di Negara lain. Pertama, dalam acara TV yang ditayangkan, banyak terdapat film2 dalam bahasa Inggris, namun untuk acara ini tidak dilakukan dubbing (menggantikan pembicaraan ke bahasa lokal) atau diberi text, namun tiap kali selesai satu kalimat, langsung ada suara lelaki yang menterjemahkannya kedalam bahasa Polandia. Aku jadi teringat waktu kecil dahulu, kalau nonton film berbahasa Inggris, ayahkulah yang selalu menjadi penterjemah langsungnya.
Kedua, tiap kali kita melewati suatu desa/kota dan melewati kuburan umum, maka semua makam yang ada disitu terlihat dirawat dengan baik sekali dan dipenuhi dengan bunga2 segar tiap hari. Waktu kami tanyakan, memang demikianlah kebiasaan orang Polandia dalam menghormati makam keluarganya. Suatu contoh yang bagus untuk ditiru.

Tiap kali orang menyebut Krakow, maka umumnya pikiran kita akan terkait dengan kehidupan 2 Tokoh Dunia yang saling bertentangan dan berlawanan. Almarhum Paus Johanes Paulus II, orang asli Polandia, sebelum beliau bertugas di Vatikan, adalah Uskup Agung Krakow. Krakowlah kota pertama yang dikunjungi beliau, saat selesai dipilih menjadi Paus, yang membuat Pemerintahan Komunis Polandia waktu itu menjadi salah tingkah. Paus ini telah membuat hubungan yang khusus antara Gereja Katolik dengan Krakow, sehingga penggantinyapun, Paus Benedictus XVI, yang pada saat bulan Mei lalu berkunjung ke Polandia, juga menyempatkan untuk mengunjungi Kota Krakow. Didaerah inilah terdapat sebuah Gereja Tua yang didirikan untuk menghormati “Black Madonna”, simbol dari Ibu Maria yang dianggap sebagai Pelindung Negara Polandia.

Dekat Krakow ini pula terdapat kota yang bernama AUSCHWITZ yang dikenal oleh dunia, karena disinilah pada saat aku dilahirkan ditahun 1944 (Perang Dunia II), telah terjadi kejahatan yang dilakukan oleh rezim NAZI yang berkuasa dibawah pimpinan ADOLF HITLER yang secara sistematis mencanangkan bahwa Jerman membutuhkan LEBENSRAUM (Ruang Hidup) yang lebih besar, oleh karena itu orang Yahudi harus dimusnahkan. Orang2 Yahudi ini, seperti halnya orang Gypsi dan para kriminal, tidak mempunyai hak hidup lagi di tanah Eropah untuk hidup berdampingan dengan bangsa Jerman yang menyebut dirinya sebagai orang Aria. Dengan kekuatan mesin perangnya yang dahsyat, Hitler telah berhasil menguasai hampir seluruh Eropah, mulai dari Cekoslovakia, Austria, Hongaria dan Polandia disebelah Timur, sampai mencakup Denmark, Belanda dan Perancis di sebelah Barat. Banyak Kamp konsentrasi yang didirikan untuk mengumpulkan orang Yahudi untuk dibantai, yang terbesar adalah yang di Auschwitz ini. Ada 2 lokasi yang berdekatan, Auschwitch I dan II (dikota Birkenau), karena dibutuhkan tempat yang luas untuk membunuh orang2 yang mereka benci. Entah berapa juta manusia yang tidak pernah berdosa apa2, menghadapi maut dengan kejam, karena tidak pernah ada catatan resmi. Ada yang menduga total 5 juta orang Yahudi yang dibunuh, di Auschwitz sendiri diperkirakan lebih dari 3 juta orang dibunuh dikamar gas dan mayatnya dibakar. Mengunjungi bekas tempat pembantaian ini, membuat bulu kudukku terasa berdiri dan sambil memandang jalan kereta api yang memasuki kompleks Kamp konsentrasi ini, terbayang betapa gerbong2 kereta api yang secara ber-desak2an dipenuhi oleh orang2 Yahudi, tua muda, besar kecil, laki perempuan, memasuki gerbang Kamp ini tanpa bisa kembali lagi. Mereka merasa lega pada saat pintu gerbong kereta api dibuka, karena dapat menikmati udara segar. Mereka berbaris untuk dilakukan seleksi oleh para petugas bangsa Jerman, yang lelaki dipisah dengan yang wanita dan anak2, kemudian para dokter melakukan pemeriksaan kilat untuk menentukan siapa yang masih kuat bekerja dan siapa yang harus diistirahatkan. Nasib mereka telah ditentukan dengan pilihan ini, tanpa ada kesempatan sedikitpun untuk protes atau membantah. Yang masih kuat dikumpulkan di barak2 kayu yang tersedia, sedangkan yang lemah, diminta meneruskan perjalanan ke “kamar mandi” untuk dibersihkan dari kutu2. Ruangan sebesar 200 m2 dipenuhi dengan 2,000 orang dan ketika keran kamar mandi dibuka, bukannya air yang keluar, melainkan uap gas beracun. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dalam ruangan tersebut, kecuali terdengar jeritan dan tangis histeris yang tidak digubris oleh para penjaga, karena hanya sebentar, sekitar 20 menitan suasana menjadi sunyi sepi, karena ribuan orang tersebut telah meninggal dunia. Mengerikan sekali. Dan mulailah para penjaga tersebut “bekerja keras”. Tiap mulut diperiksa, kalau ada gigi emas mereka cabut paksa, perhiasan yang menempel ditubuh para korban dikumpulkan untuk dipakai membeayai perang Jerman. Yang lebih mengerikan lagi, rambut mayat2 ini dipotong dan dikumpulkan ber-ton2 untuk dikirim ke Jerman dipakai sebagai bahan pakaian tentara Jerman. Lalu mayat yang sisa akan diapakan? Mereka membuat tungku pembakaran (krematorium) yang kuat untuk membakar mayat2 yang bergelimpangan ini, dan abunya mereka timbun dan sebarkan ke danau dan tanah2 disekitarnya untuk dijadikan Pupuk. Kalau tidak malu dengan para pengunjung lainnya, mau aku menangis mengingat cerita2 mnengerikan ini.

Sayangnya sejarah dunia juga masih mencatat, bahwa sampai sekarangpun masih banyak Hitler2 yang bergentayangan, yang mencabut nyawa manusia yang tidak mereka sukai dan bertentangan paham dengan mereka, yang tidak pernah membuat kesalahan apapun kepada mereka, dengan begitu saja, hanya karena orang2 ini merasa punya mission yang lebih luhur, untuk tujuan yang menurut mereka lebih mulia. Tengoklah apa yang terjadi di bekas Negara Yugoslavia,juga di negara2 Afrika seperti Uganda, Ethiopia dll. Malahan ditanah air kitapun, ingatkah anda berapa juta rakyat yang dituduh sebagai Komunis, tanpa bukti apa2, kecuali keputusan beberapa orang tertentu, telah dibunuh tanpa bisa melakukan perlawanan, berapa banyak orang Poso, Maluku, korban Bom Bali dll dll yang masih sederetan panjang, yang telah dibunuh begitu saja sama seperti yang telah Hitler lakukan. Hitler telah dikutuk oleh dunia, tapi apakah dunia masih mau melawan kejahatan2 ini, termasuk kita juga?. Yah, sebagai rakyat kecil, aku cuma bisa merenung dan berdoa, bahwa inilah dunia, sejarah akan tetap berulang.

Maaf, kalau aku jadi cengeng hari ini, tapi sampai aku tidur semalam, tidak terlepas ingatan akan barak2 tempat para buangan ini hidup untuk sementara, masih terdengar jeritan2 histeris dari kamar mandi maut dan masih terbayang asap yang ber kepul2 keluar dari cerobong krematorium. Aku jadinya berkesempatan untuk merenungkan bahwa kita masih bernasib baik karena terlepas dari pengalaman2 mengerikan ini dan harus tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karuniaNya ini.

Nah, malam ini kita sampai di Hotel Holiday Inn Express dikota Krakow, dan besok setelah istirahat, kita akan berkesempatan mengunjungi pusat kota Krakow, untuk apa lagi kalu tidak untuk Shopping. Krakow terkenal dengan produk AMBER (semacam batu2an bening dari bekas tanaman yang jadi fosil), dan souvenir khas Polandia lainnya.

Selamat berakhir minggu.


# posted by JARUMSUPER @ 5:52 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 8 - 6 Juli 2006
Waktu aku merencanakan akan pergi mengunjungi Negara2 Eropah Tengah atau Eropah Timur, pikiranku aku akan pergi ke Negara terbelakang, menakutkan karena securitynya ketat sekali, rakyatnya masih miskin, pokoknya semuanya jelek lah. Karena itu, waktu aku memutuskan pergi, aku terangsang sekali untuk bisa mengunjungi paling tidak ada 4 kota di 4 Negara yaitu WARSAWA dan KRAKOW di POLANDIA, melewati SLOVAKIA, menginap di BUDAPEST, HONGARIA dan PRAHA di CZECH REPUBLIC dan membuktikannya.

Perjalanan kami dengan bus dimulai pagi2 sekali karena menurut Tour Directornya, jalan di Polandia tidak sebagus dibandingkan dengan Autobahn Jerman, dan memang jarak Berlin-Warsawa sekitar 600 km. Jadi jam 5:30 sudah morning call, jam 6:00 koper didepan kamar , lalu breakfast dan sudah dibus jam 6:55. Dengan ter-kantuk2, instruksi ini terpaksa kita ikuti, karena kita memang sudah sengaja bayar mahal untuk disengsarakan dengan mematuhi aturan Tour Director ini.
Kira2 2 jam berjalan, sampailah kita melewati kota terakhir dinegara Jerman yaitu FRANKFURT (disungai Oder bukan Frankfurt di sungai Main) dan memperingatkan kita bahwa diperbatasan dengan Poalndia akan dilakukan check paspor, dan dinasehatkan bahwa kalau bertemu dengan petugas, kita harus tersenyum. And NO PHOTO please, katanya, kalau ketahuan kita bisa ditahan. Kan jadinya kita jadi takut ber-debar2.
Sesampai diperbatasan, ada bus didepan kami yang sedang diperiksa, kata Tour Director kami, isinya Tourist dari Rusia yang akan pulang kampong lewat Polandia. Dan orang Polandia benci sekali dengan orang Rusia, karena pernah dijajah waktu jaman Komunis dulu, jadi pemeriksaannya akan ketat dan lama sekali. Kita harus menunggu sampai nanti petugas imigrasi datang memasuki bus kita. Untunglah pemeriksaan bus Rusia ternyata nggak selama yang diperkirakan sebelumnya. Ternyata ada 2 petugas yang memasuki bus dan minta paspor kita yaitu yang didepan adalah petugas Jerman baru dibelakangnya petugas Polandia. Setelah semua paspor diminta, maka bus boleh jalan lagi untuk menunggu, sambil para penumpangnya boleh turun untuk tukar uang (mata uang mereka namanya SLOTI – cara nulisnya aneh deh, Notebookku nggak ada abjad Polandianya – kira2 1 Sloti = Rp. 3,000) dan pipis. Tidak ada yang jualan kopi atau minum. Setelah menunggu kira2 20 menit, semua pemeriksaan telah selesai, paspor dikembalikan ke masing2 pemiliknya dan sudah dicap.
Ternyata pengalamanku ini, jauh berbeda dengan pengalamanku memasuki perbatasan USA masuk dari Vancouver, Canada. Kalau anda berpaspor Indonesia, jangan harap anda akan lepas dari pemeriksaan, andapun akan disuruh turun, masuk ruang khusus, ditanya segala macam pertanyaan, yang kalau kita salah menjawab bisa2 dimarah2in, di bentak2, inipun masih untung nggak sampai diusir. Barang2 dalam mobil diperiksa sampai sudut2 yang tidak pernah terpikirkan, mobil di-ketok2 takut ada ruangan tersembunyi dibody mobil kali. Semua bagian mobil dipencet, apakah benar2 besi atau sudah diganti barang palsu untuk membawa senjata.
Jadi kesan pertama, Tourist Indonesia lebih diterima masuk ke Bekas Negara Komunis daripada oleh Si Adi Kuasa Paman Sam.

Memang, jalan di Polandia tidak sebagus di Jerman. Highwaynya cuman ada 2 jalur, tapi masih ditambah masing2 ½ jalur di kiri kanan jalan, sehingga kalau perlu 2 kendaraan besar dan 1 kendaraan kecil bisa saling melewati. Memang lalu lintas Truck Barang dari Jerman ke Polandia banyak sekali dan merekalah yang selalu membuat highwaynya penuh, jadi kalau bus kami mau melewati truck tersebut, harus ahli seperti pengemudi bus malam Jakarta – Surabaya. Bayangin orang2 bule Amerika, Canada atau Londo, yang duduk didepan, pada saat melihat bagaimana mobil yang dari depan, mendesak untuk melewati bus kita, takut sekali kalau sampai bersinggungan. Mereka saling menjerit, tapi kalau nggak berani ya nggak akan sampai2. Ternyata banyak sekali mobil bekas, atau mobil rusak karena tabrakan yang dikirim dari Jerman ke Polandia, rupanya beaya untuk memperbaiki mobil di Polandia jauh lebih murah, jadi setelah dibetulin bisa dijual lagi ke pasaran di Polandia atau di reexport ke Jerman lagi.
Abjad Polandia juga aneh, ada huruf L pakai strip ada huruf e pakai ekor, dll, jadi menyerah deh kalau disuruh menyebutkan nama kota atau jalan. Untunglah Polandia itu dibahasa asli mereka namanya POLONIA. Jadi saya bayangkan jangan2 Polonia didekat Cawang, Jakarta, dijaman dulu banyak orang Polandia yang tinggal disitu. ??

Polandia, merupakan Negara baru calon anggota ECC (Masyarakat Eropah) dan dalam beberapa tahun mendatang akan mempergunakan mata uang Euro (akan jadi lebih mahal dari sekarang) dan akan jadi anggota Schengen, jadi cukup satu visa untuk paspor Indonesia yang akan berkunjung ke Eropah. Keadaannya tidak berbeda banyak dengan “bekas” Jerman Timur, walaupun diperempatan highway masih terlihat ada beberapa pengemis dan pencuci kaca mobil, tapi diperjalanan terlihat sekali bahwa “agriculture” merupakan usaha utama mereka. Polandia adalah pengekspor Strawberry, Cherry dan beberapa macam sayuran terbesar ke negara2 Eropah maju. Dipinggir jalan kelihatan sawah2 yang rapi dengan sistem irigasi yang kelihatannya teratur, padang tanaman yang menghijau, banyak pekerja wanita dan karena sedang musim panas, terlihat beberepa pekerja yang hanya pakai Bikini saja. Dan karena mayoritasnya beragama Katolik, maka gereja tampak ada dimana2. Malahan kalau anda ingat, Almarhum Paus Johannes Paulus II yang baru saja wafat tahun lalu, adalah putra asli Polandia.

Kota pertama yang kita singgahi adalah POZNAN, yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Karena tiba saat jam makan, maka pengalaman makan makanan Polandia dimulai. Tentunya mau cari Chinese Food atau Thai atau India tidak akan semudah kalau di Jerman, jadi sebelumnya kita tanya2 dulu kira2 apa yang bisa dimakan. Ternyata kita bisa lulus ujian dengan mencoba ZURECK (Sour Soup with Sausage and Hard Boiled Egg – terjemahan dibuku menu), PIEROGI (semacam Ravioli dengan isi keju atau daging), BIGOS (Sauerkraut dengan daging), atau Pancake Kentang. Jangan lupa dessertnya adalah Crepes dengan isi Coklat dan Ice Cream. Kalau anda suka alcohol, di Polandia minuman “se-hari2” adalah VODKA dengan kadar alcohol 22%, sehingga botolnya harus disimpan di Freezer bukannya di Refrigerator) ada Vodka dengan rasa strawberry, cherry dll. Kita cari yang rasa duren masih belum ada. Harga makanan, kalau dibandingkan dengan makanan serupa di Negara Eropah maju, memang relatip “murah”, walaupun kalau dihitung dengan Rupiah masih mahal juga. Rata2 untuk 4 orang makan di Jerman akan habis Euro 80 (Rp. 960,000), sedangkan di Polandia akan habis sekitar Sloti 120 atau sama dengan Euro 30 (Rp. 360,000). Memang nanti kalau mereka ganti ke Euro, otomatis harga2 akan disesuaikan.

Ternyata setelah makan siang ini, bus masih perlu waktu 5 jam lagi untuk mencapai kota tujuan akhir, WARSAWA. Kita terpaksa dicarikan tempat berhenti sekali lagi sebelum sampai, untuk minum kopi dan pipis/shiao pien. Sayang kita diberhentikan di pompa bensin yang ada McD nya jadi rencana shopping barang2 Polandia terpaksa ditunda dulu. Sebelum sampai di Warsawa, kita diberitahu bahwa Warsawa adalah kota orang Polandia yang terbesar karena dihuni oleh 3 juta Polish. Lalu kita ditanya, mana kota yang kedua?? Ada yang menjawab Krakow, Poznan, Gdanks, dll ternyata kata Tour Directornya adalah CHICAGO, USA, karena disana ada 1 juta lebih orang Polandia. Tapi masih kalah dengan Polonia ya??
Kota Warsawa, pada waktu akhir PD II (Perang Dunia II) benar2 hampir hancur 100%, tidak banyak lagi gedung yang ada, hampir semuanya hancur dengan tanah, karena pada waktu itu diserang oleh 2 raksasa, Jerman dari sebelah Barat dan Rusia dari Timur. Gajah bertarung dengan Gajah, Pelanduk mati di-tengah2. Namun dengan kerja keras dari seluruh rakyatnya, maka rekonstruksi Warsawa telah dilakukan sepanjang 15 tahun setelah PD II. Pada waktu itu pengaruh komunis Rusia serta Partai Komunis Polandia demikian kuatnya, ada beberapa kali pemberontakan, hanya saja yang paling terakhir adalah gerakan Solidaritas dari Lech Wallesa di Gdanks, yang membuat Negara Polandia berpaling mengikuti ajaran Kapitalis.

Tadinya sebelum Hitler berkuasa, di Polandia ada sekitar 3 juta keturunan Jahudi dan dengan program “pembersihan” dari Hitler agar Kasta Aria tidak tercemar, maka hampir semua orang Jahudi yang ada pada waktu itu dimasukkan ke Krematorium serta alat2 kejam pembunuh lainnya. Kalau saya tahu ceritanya, besok saya akan cerita tentang pembantaian ini setelah mengunjungi Ghetto Auschwitz dekat kota Krakow. Bayangin membunuh 3 juta untuk membersihkan keturunan Jahudi, bulan suatu pekerjaan mudah, namun bukan juga suatu prestasi. Praktek ini sekarang sedang ditiru dibeberapa Negara Afrika yang tengah bergejolak.

Saya mempunyai pengalaman menarik tentang kebaikan hati Orang Polandia yang bekas Komunis ini. Saya pernah sakit lutut di Singapore, tepatnya waktu itu weekend, aku sedang jalan di Orchard Road, sedangkan aggota keluarga lainnya sedang asyik shopping ditoko lain. Mendadak lututku sakit sekali dan aku coba minta tolong pada resepsionis yang ada di shopping mall, apakah mereka bisa memanggilkan petugas dari Mt E Hospital sehingga aku bisa naik kursi roda kesana. Namun petugasnya goyang kepala. Lalu aku bilang, boleh nggak pinjam kursi untuk duduk, sambil menunggu jawaban SMSku ke Jenny. Diapun menggelengkan kepala. Entah lagi sakit kepala atau bagaimana, pokoknya kepalanya digoyangkan saja, padahal kupikir masak pinjam kursi untuk kakek yang kesakitan saja nggak boleh. Singkat cerita, Jenny dan anak2 bisa menemukan aku dan menggendongku ke Mt E Emergency.
Pengalamanku di Warsawa lain lagi. Hawa udara hari ini memang panasssss sekali menurut catatan thermometer, mencapai 36 derajat. Pada waktu siang hari, kita mengikuti City Tour melihat Old Town yang memang sudah dibangun kembali dengan sangat asrinya. Setekah jalan, kita diberi kesempatan untuk istirahat dan beli minum. Kalau di Eropah kita mau minum Aqua, harganya lebih mahal dibandingkan dengan Wine atau Beer. Karena serakah, aku nggak mau pesan Aqua, dengan soknya aku bilang Draught Beer Polandia yang 0,5 liter. Aku sudah diingatkan oleh Jenny, jangan sok aksi minum alcohol, namun seperti biasanya setelah menikah lebih dari 35 tahun, lebih banyak tidak mendengar “nasehat” isteri. Sekali tenggak, habislah itu 0,5 liter beer. Walaupun terasa rada2 pahit, dengan gagahnya saya bileng EEhmmmmmmm, uenak tenan.
Padahal siang itu, aku belum makan apa2, ternyata aku baru tahu kalau perut kosong, maka pengaruh alcohol jadi terasa sekali. Setengah jam kemudian, aku merasakan kepala ber=putar2, mata gelap, keringat dingin keluar. Wah, aku juga kaget sekali, lalu cari tempay duduk asalan saja didepan toko dan terduduk disitu sambil menutup mata. Dalam pikiranku Wah apakah sudah waktunya nih?
Untunglah aku pergi dengan adikku yang seorang dokter di Holland, sehingga dia tidak panik, aku di-gosok2 dengan balsam, di-pijat2, namun mata rasanya tetap masih berat dan keringat dingin masih keluar. Matik aku.
Ternyata ada sepasang muda mudi yang menghampiri kami menanyakan apakah kami perlu bantuan. Dengan bahasa Inggris yang kurang lancar, pasangan muda tersebut dengan sepenuh hati coba nengusulkan untuk memanggilkan ambulans dan adikku setuju. Hanya 5 menit kemudian, ambulans datang dan segera aku “ditangani” oleh 4 orang petugas. Sungguh mati ini adalah pertama kalinya saya naik ambulans. Karena di ambulans sudah penuh sesak, maka hanya Jenny saja yang boleh ikut, sedang adikku dan isterinya diminta tunggu saja. Eh tahunya dia didatangi oleh sepasang suami isteri yang bisa berbahasa Inggris dan menanyakan apakah mau diantarkan. Dan benar2 mereka dengan tulus mengantarkan ke RS dimana saya dibawa, sampai disitu masih mau ditungguin. Adik saya menolak, dan merekapun meninggalkan nama dan nomor telepon dengan pesan Kalau ada apa2 jangan segan untuk telepon dia dirukmah atau di HP.
Untunglah, ternyata saya hanya shock karena orang dusun tidak biasa minum beer, jadi keracunan. Dan karena dokter di RS takut kalau aku kena serangan jantung, aku sempat di ECG dan untuk jasa ini semua aku cuma bayar Sloti 70 (Rp 210,000), itupun dengan catatn nggak bayar juga nggak apa2 karena sifatnya Emergency
Itulah sedikit pengalaman saya antara keramahan Orang/masyarakat Singapura dengan Orang Polandia, yang tadinya saya sudah punya penilaian yang jelek. Aku belajar bahwa apa yang kita dengar, belum tentu benar, jadi jangan salah duga dulu. Always think the best.

Sampai jumpa besok di Krakow.


# posted by JARUMSUPER @ 5:50 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 7 - 5 Juli 2006
Sebetulnya laporan ini sudah kupersiapkan untuk cerita tentang Berlin dan bagaimana aku bersama masyarakat Berlin akan merayakan pesta kemenangan Team Jerman terhadap Italia tadi malam. Namun andapun tahu bahwa Team jagoanku ini telah dipecundangi oleh musuh bebuyutan dan tetangganya, Italia dan telah dipermalukan dihadapan jutaan rakyat dan pendukungnya yang saat sebelum pertandingan dimulaipun sudah menganggap enteng lawannya dan sudah merasa berada diatas angin. Yang lebih menyakitkan hati lagi, kekalahan tragis ini terjadi dikandang sendiri, di stadion Dortmund yang dipenuhi oleh bendera Jerman yang di lambai2kan oleh para pendukungnya dan teriakan kemenangan histeris yang ternyata harus ditebus dengan tangis kesedihan. Para pendukung Team Italia tampak takut dan masih menyembunyikan bendera Hijau Putih Merah (bendera Italia) yang mereka bawa, sampai saat terakhir ketika mereka tahu Teamnya telah mengalahkan Tuan Rumah dengan 2-0 setelah perpanjangan waktu 2 x 15 menit (benar2 menit penghabisan), barulah mereka berani mengeluarkan dan melambaikan bendera kemenangan ini sambil berteriak “Viva Italia”.
Memang malam itu, team Ballack, Schneider, Klose dan kawan2 yang pada malam2 sebelumnya telah bermain bagus dan banyak diunggulkan untuk meraih Piala Dunia kali ini, ternyata selama 120 menit pertandingan telah ditaklukkan total oleh Grosso, Totti, Camoranesi cs. Sejak menit2 pertama, serangan Jerman selalu kandas, padahal ada beberapa kali kesempatan emas yang terbuang percuma. Ketika Odonkor menggantikan Schneider dimenit ke 83, kukira situasi akan berubah, namun diapun tidak dapat membantu. Malahan ternyata dengan tendangan yang manis dan tepat sekali Grosso bisa merubah keadaan menjadi 1-0 untuk Italia, satu menit sebelum bubaran. Dan pada saat semua pemain dan penonton sedang ter cengang2 atas kejadian ini, del Pierro yang baru masuk lapangan 15 menit sebelumnya, telah bisa mencuri satu goal lagi. Bukan main, memang Team Italia telah bermain bagus sekali dari awal, mereka patut jadi juara.
Eh jadinya kok ngelantur kayak jadi komentator Piala Dunia SCTV menyaingi Titik Suharto saja. Bukan itu maksudnya, soalnya masih penasaran nggak habis pikir kenapa Team jagoanku Jerman bisa kalah telak di kandangnya sendiri denan dukungan total rakyat Jerman, termasuk Kanselirnya yang sering hadir menonton waktu Team Jerman main. Memang Bola itu bundar, siapa kalah, siapa menang sulit diramalkan.

Pada waktu kami tiba di Berlin hari Senin sore kemarin, suasana dikota itu memang penuh diwarnai dengan suasana Piala Dunia – Weltmeister (WM) istilah Jermannya. Banyak kios2 sementara didirikan dengan tenda2 yang menjual souvenir pernak pernik berasal dari Negara peserta yang masuk kwalifikasi 32 besar. Toko KaDeWe misalnya, Department Store yang terbesar di Berlin, dipenuhi dengan hiasan2 bertema WM. Semua toko2 dihiasi dengan bendera2 negara peserta dan Bola2. Penjual souvenir barang2 yang ada hubungannya dengan Pesta Bola Dunia ini ada disetiap sudut jalanan. Rumah2 digantungi bendera Jerman untuk mendukung semangat team mereka yang akan main di Semi Final tadi malam, demikian pula banyak mobil yang berlalu lalang dengan membawa bendera besar Kuning, Merah dan Hitam (bendera Jerman). Manusia, tua muda, laki perempuan, banyak berada dijalanan dengan berpakaian bendera Jerman, rambut dicat sewarna benderanya, tattoo dan pernak pernik lainnya yang senada. Semuanya mendukung Piala Dunia dan Team Jerman.
Malahan Pemerintah Kota Berlin telah menyiapkan satu jalanan dipusat kota, yang terletak antara Brandenburger Gate (salah satu Icon kota Berlin) dan Tugu Kemenangan (Victory Column - Siegessaule) sepanjang kira2 2 miles (3 km) yang ditutup untuk lalu lintas kendaraan dan ditempatkan panggung serta beberapa layar TV raksasa, agar masyarakat bisa mengikuti pertandingan secara “langsung” dan siapa yang masuk daerah itu akan diperiksa dengan ketat, dilarang membawa minuman keras dan barang2 berujung tajam. Waktu kami coba memasuki daerah ini, sisir sasak kepunyaan Jenny yang berujung tajam kena rampas dan dibuang. Jalan itu dinamakan FAN MILES (khusus untuk para penggemar sepak bola) dan dibuka sejak 9 Juni sampai dengan 9 Juli nanti.
Kemarin kami berniat melihat dan sekedar kepingin tahu mau mencium suasana disana. Namun ketika kami mendengar bahwa khusus untuk malam penting ini, diperkirakan jalan tersebut akan dipenuhi oleh lebih dari 1 juta pengunjung, dan mendengar kisah2 lalu betapa buasnya penggemar bola di Eropah ini setelah selesai pertandingan, kalah menang mereka bisa kesurupan seperti kelakuan para bonek ditanah air setelah pertandingan antara Persebaya dan Persija, maka kami pikir2 lagi untuk menonton pertandingan dari jalanan ini. Ngeri deh, sehingga kita memutuskan untuk datang kira2 jam 4 sore lalu sekitar 1-2 jam kemudian pulang, nonton TV di hotel saja. Begitu kita datang, walaupun malam itu pertandingan baru akan dimulai jam 9:00 malam, masih 5 jam lagi, tapi Fan Miles sudah penuh dengan pengunjung, bukan main ramainya. Penuh sesak sekali dengan manusia, tua muda dengan macam2 gaya seperti saya uraikan diatas. Karena saat ini sedang musim panas dan hawa demikian teriknya sampai 35 Celsius, maka kami “kalah hawa”, baru sebentar, setelah potret kanan kiri, kita putuskan naik taxi pulang ke hotel.

Berbicara tentang Berlin, orang akan selalu cerita tentang TEMBOK BERLIN. Satu2nya didunia, karena ada perseturuan politik antara Kapitalis dan Komunis waktu itu, ada yang punya ide gila untuk memisahkan sekumpulan manusia dari sanak saudara, teman dan kenalannya. Saya nggak habis pikir bagaimana kalau saya mengalami hal ini.
Saya sempat membayangkan KALAU, sekali lagi “Kalau” nih, seumpamanya ada orang gila yang sanggup memisahkan’‘Jawa” dan “Sunda”, jadi se-olah2 antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah, kita jadi tidak bebas lagi berlalu lintas antar batas, lalu kota Jakarta/DKI dibagi dua juga, sepanjang kali Ciliwung didirikan “Tembok Jakarta” dan tiba2 anda yang berdiam di Jatinegara atau Tebet, tidak bisa mengunjungi teman, saudara atau kenalan di Kebon Jeruk, Grogol, bagaimana perasaan anda?? Penghuni Pondok Indah dilarang berkunjung ke Priok. Apalagi dalam ber-andai2 ini saya lalu nggak boleh berkunjung ke Juwana lagi. Saya nggak bisa membayangkan bahwa Kruschev ditahun 60-an bisa menganjurkan Pemerintah Jerman Timur untuk membangun Tembok Berlin yang selama 20 tahun telah memisahkan Kultur Barat dengan Kultur Timur. Baru ketika secara tidak disengaja ada Reporter TV di Jerman Barat yang “salah” melaporkan bahwa Pemerintah Berlin Timur sudah mengijinkan rakyatnya untuk melintas ke Barat, banyak penduduk Timur yang berani melintas. Ini terjadi pada saat Reagan sudah berbaik2an dengan Gorbachev. Atas kesalahan ini, banyak penduduk Timur yang coba ingin tahu apa sih yang ada di Barat, ternyata tidak bisa pulang kembali kerumahnya. Atas “kesalahan”ini, akhirnya dengan desakan politik dari Dunia Barat, Tembok Berlin benar2 bisa dihilangkan. Berapa nyawa dan keluarga yang telah jadi korban sia-sia, saat mereka coba lari dari Timur ke Barat, ketika Perang Dingin antara Soviet dan Amerika masih berlangsung. Sedih mendengar cerita2 ini, mudah2an perandaian saya tentang Tembok Jakarta ini tidak akan sampai terjadi. Ada cerita menarik, bahwa mula2 pada waktu penduduk Berlin Timur masuk ke Barat, mereka ber-bondong2 mencari buah pisang, karena selama mereka berada di Timur, pisang tidak boleh masuk. Menggelikan ceritanya, tapi coba pikir kalau anda mengalaminya, betapa hancurnya perasaan kita.

Sekarang sisa Tembok Berlin ini dan juga CHECK POINT “C” (CHARLIE) yang merupakan peninggalan sejarah tentang pemisahan yang tragis ini menjadi salah satu atraksi Tourist yang tidak bisa dilewatkan. Kalau anda ke Berlin, lihatlah Tembok Berlin, yang lain boleh nanti2 saja.

Disamping pemisahan Barat dan Timur ini, satu masalah lagi yang selalu dibicarakan kalau kita ke Jerman dan tidak pernah terlupakan adalah tentang percobaan penghancuran bangsa Jahudi oleh sang maha kuasa dan maha kejam Adolf Hitler, terutama besok kalau saya berkunjung ke Polandia – bekas jajahan Nazi – akan melihat cerita dan bekas2 kekejaman Hitler ini.

Sekian dulu, maaf kalau kepanjangan.
Sampai besok di Warsawa, Polandia.

Salam,
Thomas


# posted by JARUMSUPER @ 5:49 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 6 - 4 Juli 2006
Ketika pesawat kami LH 975 mendarat dari Munich di Frankfurt pada jam 03:00 sore tanggal 2 Juli kemarin, mulailah tour perjalanan yang memang sudah kami rencanakan sejak tahun lalu, ketika aku selesai dioperasi TKR (Total Knee Replacement – Penggantian Lutut) di Perth pada tanggal 20 Juni 2005.
Waktu itu, ketika baru sadar dari pengaruh obat bius, dan perasaan sakit mulai terasa, aku berpikir bahwa operasiku ini adalah untuk membuat kakiku menjadi muda kembali. Aku harus membuktikan hal ini, apalagi di salah satu buku yang aku baca tentang operasi lutut ini, disebutkan bahwa dengan operasi ini, orang akan berubah. “ A new knee, a new me “ katanya, Siapa yang takut?? Dengan beraninya aku bilang ke Jenny, “ Jen, tahun depan kita sudah harus pergi jalan2 tanpa terasa sakit dikakiku”.
Walaupun proses penyembuhannya ternyata tidak secepat dan selancar apa yang diungkapkan oleh buku diatas, namun aku tetap bersyukur bahwa dengan operasi ini, memang sakit yang dulunya selalu kuderita sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah sakit yang terjadi karena proses penyembuhan, dan inipun harusnya untuk sementara saja. Puji Tuhan.

Merencanakan mau kemanapun bukan suatu tugas yang mudah. Cita cita kami adalah untuk pergi melihat tempat2 yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya, padahal ada demikian banyak tempat yang belum kami lihat. Kedua, apakah kami pergi sendiri atau ikut group tour. Masing masing ada untung ruginya, plus minusnya. Untung ada Internet, sehingga kebetulan karena sudah setengah pensiun dan punya banyak waktu, aku telah sempat menjelajahi dunia maya internet untuk memperoleh informasi2 yang aku butuhkan dan ternyata memang terbantu banyak sekali.
Mula2 aku berminat untuk pergi ke SCANDINAVIA (untuk melihat MIDNIGHT SUN yang hanya ada kalau musim panas saja) dan EROPAH TENGAH ini, namun karena akhirnya lututku masih belum sempurna 100%, maka rencana ke Scandinavia telah kutunda di saat2 terakhir. Dan karena perjalanan ini di Eropah dan ke negara2 yang belum pernah kami kunjungi, maka kami tidak berani mengendarai mobil/jalan sendiri namun kami cari biro perjalanan, lebih praktis dan ekonomis. Untungnya juga, kebetulan adikku Liong, yang sekarang bekerja sebagai dokter di Londo, juga bisa perlop, maka mereka suami isteri mau menemani kita ikut tour ini. Pikir2 kayak pergi jalan2 dengan membawa dokter pribadi.

COSMOS merupakan salah satu Biro perjalanan terbesar di Eropah yang mempunyai pengalaman luas untuk mengorganisir Tour terutama di Eropah ini. Setelah banding kanan kiri, email kesono kemari, akhirnya aku pilih Tour 14 hari ke Eropah Tengah (Jerman, Polandia, Slovakia, Hongaria, Austria, dan Republik Ceko) yang dimulai tanggal 2 Juli ini dengan menggunakan jasa Biro Perjalanan Cosmos.

Pengikut yang ikut bersama dalam bus kami ada 43 orang, hampir semuanya bule, kebanyakan dari Australia, Amerika dan Inggris. Yang kelihatan “lain dari yang lain” hanyalah kami berempat, sepasang orang India dan ada 2 nyonya bule tapi berpaspor Afrika Selatan. Tour Guidenya (dinamakan Tour Director) juga bule, orang Amerika keturunan Jerman. Untung aku ada temannya adikku, kalau nggak akan terasa lebih asing lagi.

Hari pertama, dimulai pagi ini dengan Wake Up Call jam 6:00 pagi, koper ditempatkan didepan kamar jam 6:30 pagi, breakfast jam 6:30 – 7:25 dan diharapkan jam 7:25 semuanya sudah berada didalam bus. Untung saja pengikutnya kebanyakan bule, yang entah bagaimana mereka lebih terbiasa memperhatikan tentang factor “tepat waktu”, sehingga buspun bisa berangkat tepat pada waktunya.

Perjalanan dari Frankfurt ke Berlin dihari pertama ini, hamper semuanya dilakukan melalui Autobahn, sehingga bus pun melaju dengan aman dan nyaman. Sedikit catatan perjalananku yang bisa aku laporkan, kira2 ada beberapa tempat menarik yang kami lewati sbb.:

BEKAS PERBATASAN JERMAN BARAT DAN TIMUR. Sekitar 2 jam setelah kita meninggalkan kota Frankfurt, kita diberi tahu bahwa 20 tahun lalu ditempat yang kita lalui ini, sejarah pernah mengenal adanya 2 Jerman, Barat dan Timur. Selama 40 tahun (1945-1985) kedua Jerman ini terpisah hanya karena nafsu Politik dari pimpinan bangsa yang berbeda. Masing2 punya argument tersendiri, masing2 membenarkan diri sendiri, masing2 mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, yang pasti yang paling merasakan akibatnya dan yang paling menderita adalah Rakyat Kecil. Sudah banyak kisah2 tragis yang menggambarkan bagaimana Pemisahan ke dua Jerman ini telah menyengsarakan rakyat banyak, untunglah semuanya berakhir setelah terbukti salah satu sistem politik bisa mengalahkan yang lain. Dengan penggabungan inipun masih tetap ada permasalahan, karena tetap ada perbedaan antara Barat dengan yang Bekas Timur, tetap ada rasa iri hati dari masing2 pihak, tetap ada permasalahan dengan integrasi ini. Itulah sejarah manusia.
Ditempat yang tadinya jadi tragedi ini, sekarang dirubah jadi semacam “show case”, ada pagar duri bekas perbatasan Barat dan Timur yang masih tersisa sedikit, ada bekas gardu penjaga tempat pemeriksaan perbatasan, ada menara tinggi tempat tentara Jerman Timur menjaga rakyatnya jangan sampai lari ke Barat. Dan secara komersial, ditempat itu sekarang didirikan Café yang sangat ramai pengunjungnya dan pasti sangat menguntungkan sekali. Menarik tapi ya menyedihkan.

EISENACH, merupakan kota tempat persembunyian MARTIN LUTHER ,seorang pendeta Katolik yang di abad ke 15 telah melakukan pemberontakan melawan Paus Roma dan Gereja Katolik, gara2 Gereja mengeluarkan surat pengampunan dosa. Waktu itu, kalau anda berbuat dosa, anda nggak perlu mengaku dosa ke seorang Pastur, sebagaimana ajaran Gereja Katolik, melainkan boleh membeli surat pengampunan. Wah, orang2 berduit ya senang sekali, setelah membunuh orang, beli surat; setelah mencuri, beli surat; setelah berzina, beli surat, dstnya. Gelo nggak. Sampai Romo Martin ini protes keras, namun dia telah dikucilkan dari Gereja Katolik dan dicari untuk dihukum mati (Pada waktu itu Raja Jerman berada dibawah kekuasaan Paus). Martin lari dan bersembunyi di Eisenach ini, sambil menterjemahkan Kitab Ajaran Gereja yang baru kedalam bahasa Jerman, yang sekarang kita kenal sebagai aliran Protestan. Dikota ini juga tinggal JOHAN SEBASTIAN BACH, salah seorang komponis Jerman yang terkenal. Kalau soal musik Klasik, minta maaf, aku nggak bisa komentar apa2, kurang PeDe (Percaya Diri) untuk itu.

WEIMAR, kota tempat dicanangkannya Republik Jerman yang pertama (disebut sebagai WEIMAR REPUBLIC), setelah runtuhnya Kerajaan Prusia yang dipimpin oleh Kaisar OTTO VON BISMARCK waktu itu. UUD baru dirancang di Weimar ini (macam UUD 45 kita lah), dimana salah satu pasalnya disebutkan bahwa dalam keadaan darurat, Kanselir (pimpinan Republik) boleh mengambil kekuasaan total. Nah, gara2 pasal inilah, maka ditahun 1933, Kanselir ADOLF HITLER (pada waktu itu), karena Gedung Parlemen terbakar (atau dibakar??), telah mengambil alih tampuk pimpinan Pemerintahan secara total seorang diri dengan mengabaikan Parlemen dan anda semua tahu apa yang terjadi berikutnya.
Di kota Weimar ini pula tinggal sastrawan Jerman yang terkenal GOETHE yang sampai sekarang masih banyak dikenal di Indonesia karena ada Goethe Institut, tempat belajar bahasa Jerman.

JENA, kota tempat perusahaan CARL ZEISS pembuat lensa pertama dan terbesar didunia didirikan dan tetap aktif sampai saat ini.

LEIPZIG, kota dagang terbesar di Jerman Timur waktu itu. Sampai dengan bulan lalu, kota Leipzig mempunyai stasiun kereta api (BAHNHOF) yang terbesar diseluruh Jerman, namun sekarang sudah dikalahkan oleh stasiun kereta api di Berlin (Berlin Hauptbahnhof – Lehrter Bahnhof) yang baru dibuka oleh Kanselir Jerman (Ibu Angela Merkel – Das Eiserne Madchen – si cewek besi) bulan lalu, sebelum Piala Dunia 2006 dimulai. Aku dengar kota Leipzig ini dicalonkan atau sudah ditetapkan sebagai penyelenggara Summer Olympics di tahun 2012 setelah Beijing di tahun 2008 nanti.


Setelah naik bus sepanjang hampir 600 km, sejak jam 7:30 pagi, sampailah kita di Hotel ECONTEL (Economic Hotel yang benar2 ekonomis, nggak pakai AC, nggak ada lemari es, perabotannya sederhana sekali, asal ada saja, tapi dari kamar bisa pakai internet gratis) sekitar jam 5:30 sore. Hotel Econtel ini disini disebut Hotel Bintang 3, tapi kalau aku yang menilai rasanya setara dengan Hotel Melati di Indonesia. Jadi total aku hitung 10 jam perjalanan termasuk 2 jam istirahat (Shopping dan Shiao Pien). Yah lumayan juga capainya untuk kakek nenek seperti kami. Tapi tidak kalah semangat, sore ini kami masih mengikuti City Tour melihat kota Berlin diwaktu malam (bukan Night Life lho) sampai jam 11 malam.

Cerita mengenai kota Berlin yang menarik banyak tourist untuk datang, akan aku coba lanjutkan besok.
Ingat kalau bosan, delete saja, kalau masih tertarik ya sorry mawon, baca terus.
Daaaaah


Salam,

Thomas


# posted by JARUMSUPER @ 5:39 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 5 - 2 Juli 2006
nfnffwHari ini, kunjungan sosial kami ke Munchen telah selesai, setelah 5 hari lamanya menginap didesa Gilching, kira2 40 km disebelah Barat kota Munchen. Selama waktu itu, kami berkumpul dengan keponakan kami Nunuk dan diakhir pekan, adikku Sing bersama isterinya Daniela, berangkat dari Milano, Italia (kira2 5 jam perjalanan naik mobil) menemui kami.
Seperti biasanya, kalau sudah bertemu dengan saudara atau teman lama, selama 5 malam, aku telah disapih alias tidak boleh tidur bersama isteri. Jadi aku harus mengalah bergadang sendirian ditinggal isteri yang sedang asyik bergosip ria dengan keponakannya beberapa malam suntuk.

Seperti kutuliskan terdahulu, tiada hari yang terlewatkan tanpa Shopping, maka kemarinpun tidak kita sia2kan kesempatan berkeliling pusat kota Munchen sampai kecapaian bersimbah peluh. Maklumlah udara ditengah musim panas ini, sampai mencapai suhu lebih dari 30 derajat Celcius.
Bagi orang2 indonesia, disamping Paris, Munchen merupakan tempat dimana terdapat barang2 ber merek (asli lho) yang dijual dengan harga miring, seperti Escada, Aigner, dll. Untung kami ada Nunuk, yang sudah lama bekerja di perusahaan penerbangan Lufthansa di Munchen, yang tahu seluk beluk tentang dijualnya barang2 bermerek ini dan mempunyai beberapa kartu anggota untuk bisa berbelanja di toko2 khusus tersebut. Termasuk aku juga diuntungkan dapat menikmati dibelikan Jacket serta sepatu asli bermerek yang harganya miring sekali, kira2 25% dari harga originalnya.

Kalau di Munchen, jangan lupa untuk berkunjung ke MARIENPLATZ, tempat di pusat kota, yang telah menjadi Icon kota Munchen, dekat dengan butik2 dunia terkenal, shopping mall indah tapi mahal, dimana para tourist yang seperti kami, bisa cuci mata dengan cuma cuma. Disitu juga terdapat banyak tempat untuk minum Bier Bavaria (BRAUHAUS) yang paling terkenal diseluruh Jerman, sambil makan WEISSWURST (Sosis putih khas Munchen) atau BRATWURST (sosis Jerman) dicampur dengan SAUERKRAUT dan Mustard khusus. Setelah selesai, jangan lupa cari EERDBEREN (Strawberry) dan KIRCHEN (Cherry) yang sedang musim di musim panas serta minum ICE CREAM. Yami, yami, yami.

Walaupun udara bagus serta hari masih terang benderang (maklum kalau Summer, hari baru akan jadi gelap setelah jam 10 malam), kami terpaksa berhenti menyelesaikan hobby cuci mata ini, karena jam 8 malam Nunuk sudah mengundang beberapa kenalannya orang Indonesia, untuk makan BBQ dirumah. Setelah selesai kekenyangan dan ngobrol ngalor ngidul, dan tamu2 sudah pada pulang, kami masih harus beres2 sisa makanan, bersih2 meja dan cuci piring serta perabotan. Maklum kalau diluar negeri, kita semua harus kerja sendiri. Apa enaknya ya?
Mana masih harus beres2 koper lagi untuk persiapan perjalanan besok ke Frankfurt. Walaupun rada ngomel2, namun malam itu kami lewati dengan senyum dan mimpi indah, karena kami telah bisa menikmati minggu pertama liburan kami dengan hasil memuaskan.

Sampai jumpa lagi dilain kesempatan.


# posted by JARUMSUPER @ 5:39 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 4 - 1 Juli 2006
MENONTON PIALA DUNIA 2006 DARI 5 NEGARA BERBEDA

Tahun ini, tanpa direncanakan sebelumnya, aku mendapat kesempatan untuk menonton PIALA DUNIA 2006 dari 5 Negara yang berbeda atau 7 Kota yang berlainan.
Tentu saja, bukan langsung dilapangannya, maklumlah setelah tidak menjabat lagi dikantor, tidak ada undangan yang datang lagi, lagian siapa yang mampu beli ticket nonton langsung, angguran dananya dipakai untuk shopping.

Coba saja. 9 Juni waktu pertandingan perdana antara Jerman dan Kosta Rika yang tentu saja dimenangkan oleh Team favoritku Jerman dengan 4-2, aku melihatnya didalam kamar tidurku di Jakarta sambil ter-kantuk2 karena waktu itu pertandingan dimulai jam 11:00 malam.
Setelah itu, babak penyisihan antar 32 Negara, berlangsung separohnya waktu aku masih berada di Jakarta, dan separoh lagi waktu aku sedang pergi berobat ke Perth, Australia, mulai tanggal 19 Juni. Namun, karena team yang main, masih belum secanggih sekarang sekarang ini, ketika sudah hampir mendekati final, aku malas untuk menontonnya, walaupun gratis. Maklumlah jam mainnya bukan main kejamnya, selama aku sedang ada di Jakarta mainnya jam 11:00 malam, disusul pertandingan berikutnya mulai jam 02:00 pagi. Apalagi pada waktu aku berada di Perth, karena waktu di Perth adalah WIB ditambah 1 jam, maka pertandingan menjadi lebih larut lagi, ada yang mulai jam 03:00 pagi, Siapa yang tahan untuk menontonnya, apalagi aku nggak ikut pasang duit dipasar taruhan. Praktis, pekerjaanku cuman dipagi harinya mencari tahu lewat internet, skore pertandingan malam lalu, mencatatnya ke tabel yang aku copy dari surat kabar Kompas, sambil membayang2kan siapa yang nantinya akan maju kedepan.
Pada waktu babak Perdelapan Final (antar 16 negara) yang berakhir pada tanggal 28 Juni jam 02:00 WIB (atau tanggal 27 Juni jam 21:00 waktu Munich), akupun masih ada di Perth dan sedang dalam perjalanan ke Munich. Aku tiba di Munich pada tanggal 29 Juni jam 09:00 pagi waktu setempat, sehingga pertandingan terakhir yaitu antara Perancis – Spanyol (skore 3-1) pun sudah terselesaikan. Sayang, waktu penyisihan dari 32 ke 16 ini, aku nggak berada dikantor, karena 4 tahun lalu aku ikut taruhan dan kalah. Kalau saja tahun ini ada taruhan semacam itu, aku bakalan menang, karena dari catatanku aku bisa menebak 100% ramalanku benar. Sayang harus tunggu 4 tahun lagi untuk taruhan.
Nah tibalah saat Perempat Final dimulai (antar 8 negara) hari ini, ketika aku sedang berada di Munich, Jerman. Kesempatan yang tidak akan aku sia2kan, jam mainnya pun jauh lebih sopan, pertandingan dimulai jam 17:00 ( 5:00 sore). Udara bagus sekali, temperatur mencapai 29 Celcius dan matahari bersinar terang, namun sejak jam 16:30 pandangan mataku tidak lepas mengikuti persiapan2 di layar kaca TV. Karena komentar dilakukan dalam bahara Jerman (Ich weiss nicht) ya terpaksa kayak orang dusun, cuman lihat gambar sambil me-nerka2 kira2 apa maksudnya.
Mengenai pertandingan ini, tentunya sama saja dengan apa yang anda tonton malam itu jam 22:00 WIB di Indonesia (he he he kalau lain ya baru ajaib namanya). Untung Team favoritku (Deutschland Uber Alles) bisa maju ke babak Semi Final, walaupun terus terang dari pengamatan awamku, Team Argentina bermain lebih bagus, hanya memang Dewi Fortuna lebih berpihak ke Jerman. Pertandingan antara Italia – Ukraina aku lewatkan karena waktu itu sudah selesai waktu makan malam, udara bagus, maka aku diajak keluar rumah untuk menikmati Ice Cream.
Pada saat babak Semi Final (antar 4 negara) dilakukan nanti, aku akan berada di Berlin dan Warsawa, Polandia, sedangkan babak Final Juara 3 aku berada di Krakow, Polandia dan puncaknya Final Piala Dunia 2006 pada tanggal 9 Juli yad, aku akan berada dikota Budapest, Hongaria.
Jadi bukannya sombong kalau aku katakan, bahwa aku berkesempatan untuk nonton Piala Dunia 2006 dari 5 Negara (Indonesia, Australia, Jerman, Polandia dan Hongaria) atau 7 Kota (Jakarta, Perth, Munich, Berlin, Warsawa, Krakow dan Budapest). Kapan lagi bisa begini.

Mengenai menonton pertandingan langsung, aku pernah mendapat kesempatan emas ketika World Cup 1998 di Perancis waktu itu. Karena kantorku mempunyai Usaha Patungan (Joint Venture) dengan Perusahaan BUMN Perancis (France Telecom), maka aku mendapat undangan gratis untuk nonton Babak 8 besar di kota Nantes pada tanggal 3 Juli 1998 antara Swedia dan ??? (aku lupa, maklum gratisan, kalau mesti bayar mahal sendiri pasti seumur hidup nggak lupa). Namun menyaksikan pertandingan langsung ini kurang menarik minatku, walaupun memang kita bisa melihat lepas seluruh lapangan dan sekitarnya serta mendengarkan sorak sorai dukungan penonton secara “live”, namun, karena namanya juga ticket gratis, tempat duduknya ya di tribune atas, pemainnya kelihatan kecil2, jalan masuknya jauh serta pemeriksaan securitynya ketat (untung waktu itu belum ada peristiwa 9 September 2001, kalau nggak pemeriksaannya bisa lebih ketat lagi). Yang paling tidak menarik adalah Goal terjadi demikian cepatnya tanpa kita sadari dan habis itu tidak bisa ada Replay. Kalau dari TV kan disamping nontonnya bisa pakai apa saja, dimana saja, kelihatan lebih dekat, kalau kebetulan kita tidak melihat Goal masuk, masih bisa mengikuti lewat Replay ber-ulang2. Namun, aku harus bersyukur karena pernah mengalami melihat langsung, tapi kalau ada kesempatan lain kali, mungkin aku masih pilih nonton di TV saja (soalnya nggak mungkin ada yang mengundang lagi).

Tapi nonton langsung pertandingan sepak bola masih lebih mendingan dibandingkan nonton Formula 1. Aku pernah juga menerima undangan nonton pertandingan Formula 1 di Barcelona, Spanyol pada tanggal 27 April 2002 (Terima kasih Pak Angky), pada waktu kita sedang dalam perjalanan ke Paris untuk melakukan Pertemuan Terakhir Usaha Patungan dengan France Telecom, yang akan dibubarkan pada tahun itu.
Pertandingan baru dimulai jam 12:00 siang, namun dari jam 8:00 pagi kita dimintakan sudah harus meninggalkan Hotel untuk menuju ke lapangan pertandingan diluar kota Barcelona. Tahu sendiri, lapangan pertandingan untuk Formula kan demikian besarnya, sehingga kita hanya bisa mengamati pertandingan dari sudut yang kecil saja. Ketika kita mulai memasuki lapangan pertandingan kira2 jam 11:00, terdengarlah suara motor/mobil men-deru2 yang kenceng sekali. Memang suara inilah yang menurut pengalamanku menarik untuk datang menonton (atau mendengarkan), membuat produksi adrenalin jadi menaik. Nah waktu pertandingan dimulai, disamping suara makin mengeras, jalan mobil demikian cepatnya, sehingga kita tidak bisa melihat apa2 lagi. Toleh kiri kanan selesai. Toleh kiri kanan selesai. Lho, siapa yang duluan, entahlah. Untung didepan kita ada layar TV monitor besar yang menggambarkan sebagian pertandingan, tapi kan lebih enak nonton dari TV dirumah atau di Hotel. Kesempatan nonton ini juga aku gunakan untuk membeli/shopping beberapa souvenir khas Formula 1, yang original/asli, namun harganya ya dalam Euro. Kalau nggak salah ingat aku lupa daratan, habis hampir seribuan Euro untuk beli jaket, kaos, dll (sssst jangan cerita2 ya). Dan ternyata souvenir yang sama (asli tapi palsu) ada juga dijual di Mangga Dua dengan harga sepersepuluhnya.

Dengan demikian hari ke-3 kita di Eropah ini kita lewatkan dengan santai saja dirumah. Karena sore ini adikku dan isterinya yang dari Milan akan datang menemui kita, sejak pagi Jenny sudah sibuk berbelanja ke Super Market untuk menyiapkan makan malam khas Indonesia. Rencananya untuk dinner nanti malam akan disediakan Nasi Rawon, Sambal Uleg, Udang Goreng Tepung dan Bakmi Jawa, jadi jangan kepingin ya. Udara hari ini memang bagus sekali untuk ukuran orang Eropah (kalau untuk ukuran Indonesia, udara macam hari ini ya standard, tiap hari juga begitu – panas terik). Untung aku bukan orang sini, kalau nggak terpaksa aku harus turun tangan berkebun, potong rumput halaman. Karena aku tamu, ya bisa bersantai, setelah siesta/tidur siang bisa menulis ocehan ini.

Auf wiedersehen, sampai jumpa lagi dikesempatan berikut.


# posted by JARUMSUPER @ 5:36 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 3 - 29 Juni 2006 PM
Seperti telah saya laporkan kemarin, hari ini kita rencananya akan ke kota2 Innsbruck dan Salzburg di Austria diantarkan oleh Fritz Fischer, orang Jerman suami keponakan kami Veronica.
Kami sendiri belum pernah mengunjungi Negara Austria dan kota2 tersebut, sehingga kepingin sekali melakukan perjalanan ini.

Sesuai dengan rencana, setelah Fruhstuck (Breakfast dalam bahasa Jerman) berupa Brotchen, keju, ham dll makanan bule, kita siap berangkat. Kita sudah berjanji bahwa dalam perjalanan kita kali ini, akan kita manfaatkan sebanyak mungkin untuk jalan2, bukan untuk shopping atau beli oleh2. Kita mulai insyaf deh bahwa kita pergi untuk me-lihat2 sesuatu untuk kenang2an kita sendiri.
Sebagaimana anda semua maklum, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, kita juga punya hobby yang sama dengan rekan2/saudara2 yang lain, termasuk anda yaitu SHOPPING. Entah siapa yang ngajarin, tapi kalau ada serombongan orang Indonesia pergi, maka aktivitas utama adalah shopping. Hal ini juga dirangsang oleh kebiasaan memberi oleh2, jadi kalau shopping itu bukan untuk diri sendiri saja, tapi harus dicari untuk anak, cucu, menantu, belum lagi pembantu, sopir, saudara, keponakan, tetangga, sopir tetangga dll dll panjang sekali listnya deh.
Saya sampai kadang2 geli kalau mendengar beberapa komentar dari tour guide luar negeri yang sering membawa tamu dari Indonesia. Coba saja dicocokkan, bener atau nggak :
1. Wah, orang Indonesia itu kalau ikut tour, hobbynya cuman dua. Pertama SHOPPING, Kedua SIAO PIEN (bahasa mandarin untuk pipis, yang pronouncenya mirip Shopping).
2. Wah, kalau ngajak tamu Indondesia pergi lihat candi atau museum, susah deh, alasannya selalu ada saja, ada yang bilang ngapain ber-panas2 nanti kulit muka rusak, wah kalau berdiri lihat barang museum, kaki pegal, encok bisa kumat dll. Pokoknya nggak mau deh, lain dengan orang putih yang selalu kepingin melihat hal yang aneh2 seperti candi dan peninggalan purbakala. Begitu sampai candi atau museum, tamu2 Indonesia pasti berkerumum didepan sedang tawar menawar souvenir murah meriah yang dijajakan oleh para pedagang keliling. Padahal mereka juga ber-panas2 dan berdiri terus dan baru selesai kalau tamu2 yang lain sudah pada naik bus.
3. Saya selalu ada pengalaman mengantar tamu Indonesia, kalau belanja selalu menawar dari toko yang satu ke toko yang lainnya, sampai semua toko habis dikelilingin, akhirnya balik juga ketoko yang pertama dan membeli disitu tanpa ditawar lagi.
He he he, bener nggak. Saya kadang ketawa sendiri dan kadang bangga karena daya beli masyarakat Indonesia untuk membeli barang2 dan oleh2 yang nggak ada gunanya, bisa lebih tinggi dari masyarakat bangsa asing yang lebih makmur.

Pemandangan memasuki Austria memang bagus sekali, mirip2 seperti pemandangan di film Sound of Music yang terkenal dan memang dibuat di Austria. Banyak gunung2 tinggi yang hijau dipenuhi dengan pohon cemara, sungai2nya mengalir bersih, danaunya tenang dan asri. Tapi pemandangan ini kadang2 di Indo juga nggak kalah kok, hanya indahnya lain saja. Jadi saya nggak akan cerita banyak tentang apa2 yang saya kunjungi dan lihat, karena pasti akan membosankan, baca buku tour guide juga bisa.

Pengalaman saya memasuki negara2 Eropah ini perbedaannya, adalah sebagian besar sudah mempergunakan mata uang yang sama yaitu Euro. Dan ini akan membantu sekali bagi orang asing seperti kita karena akan memudahkan dibandingkan dengan tiap kali harus tukar dengan DM di Jerman, Lira di Italia, Franc di Perancis dsbnya seperti dimasa lalu. Kalau ada sisa uang yang tidak terbelanjakan bisa dipakai dinegara lain kapan saja. Hanya saja nggak semua Negara setuju dengan pemakaian Euro ini, Inggris dan Swiss misalnya punya mata uang sendiri. Juga kita bisa membandingkan harga barang yang sama di Negara yang berbeda.
Juga sebagian dari negara2 tersebut, mengikuti perjanjian Schengen yang mengatakan bahwa Visa masuk ke Negara anggota Schengen juga berlaku untuk Negara anggota yang lain. Dan syarat untuk ambil Visa Schengen di Jakarta, masing2 berbeda baik prosedurnya maupun beayanya. Ada beberapa yang minta kita harus datang sendiri, ada yang bisa diwakilkan ke petugas Travel Agent. Ada yang sulit ada yang gampang, tergantung kepandaian anda untuk wawancara, atau kalau malas wawancara ya cari Negara yang bisa menggunakan Travel. Misalnya kali ini, walaupun saya masuk melalui Frankfurt ke Munich, tapi saya minta Visa Schengennya di Kedutaan Finlandia, karena bisa diurus oleh Travel tanpa kita harus datang.
Dengan adanya kebebasan lintas batas ini, terasa aneh ketika naik mobil dari Munich ke Innsbruck pada waktu memasuki Negara Austria, ada pos penjagaan masing2 negara dan ada tanah “No Man’s land” diperbatasan, tapi orang bebas berlalu lintas. Nggak ada pemeriksaan Imigrasi atau Douane sama sekali, paspor kita juga nggak di cap apa2, cukup sekali pada waktu kita datang. Juga waktu saya cabut dari Innsbruck ke Salzburg, keduanya ada di Austria, harus keluar dulu untuk masuk Autobahn di Jerman lalu nanti masuk Austria lagi sebelum memasuki Salzburg. Rasanya cuman aneh saja, ada perbatasan, tapi nggak dipakai, walaupun tentunya hal ini memudahkan untuk kita yang berpergian.
Walaupun mereka pakai mata uang Euro yang sama, tapi harga bisa berbeda. Misalnya saja bensin di Jerman rata2 harganya sekitar Euro 1,30/liter. Begitu memasuki Austria, harganya turun menjadi Euro 1,10/liter, ada perbedaan 20 sen (atau sekitar Rp. 2,400/liter) kan lumayan, tapi anehnya tidak semua mobil yang antri beli bensin di perbatasan Negara Jerman, tergerak untuk beli bensin pindah ke Negara Austria. Entah kenapa, masing2 rasanya sudah punya pelanggan sendiri2.

Sesampai di Innsbruck, kita coba untuk mengikuti janji kita diatas yaitu tidak shopping, maka kita bertekad untuk masuk ke Zentrum (Pusat Kota) untuk melihat bangunan Kuno dan Gereja2 yang banyak dibahas dibuku Tour Guide yang saya pelajari sebelumnya. Tapi begitu sampai di Zentrum, penyakit kota Jakarta ternyata menular yaitu jalanan penuh sesak, macet, mau parkir susah sekali malahan nggak mungkin, sehingga kalau mau melihat Zentrum kita harus cari tempat parkir, yang bukannya mahal, tapi juga agak jauh dari pusat kota. Kalau di Jakarta kan enak, walaupun susah parkir, kita bisa didrop oleh sopir, lalu nanti kalau sudah selesai, sopirnya tinggal di HP menjemput kita kembali. Rupanya orang Eropah harus belajar dulu dari kita nih. Akhirnya karena kita nggak bisa parkir di Zentrum kita putuskan untuk cari makan siang saja. Yang paling gampang parkir adalah di Super Market yang letaknya biasanya rada keluar kota, Free Of Charge. Disana ada toko METRO ynag mirip dengan MAKRO di Indonesia yang mempunyai kantin yang lumayan bermutu dan harganya agak terjangkau. Selesai makan di Metro, kembali ke parkiran, mana tahan lihat toko dengan barang2 demikian banyak dan “murah” (maklum kalau ditulis pakai Euro, semua harga kelihatan kecil dan murah). Rencananya cuma mau numpang lewat saja, namun nggak terasa habis waktu 1,5 jam dan pulang dengan beberapa kantongan oleh2. Janji terpaksa dilanggar, tapi kan hari masih panjang, habis ini nggak deh.

Pemberhentian yang ke dua adalah Pabrik dan Show Room SWAROVSKY yaitu kristal yang terkenal didunia. Pusatnya terletak di kota Wattens, sedikit diluar kota Innsbruck kearah Salzburg, jadi karena dilewati ya kita kepingin mampir juga. Pabriknya besar juga, barangkali sebesar Astra Honda Motor yang ada di Sunter, tokonya dipenuhi oleh bus2 besar Tourist kayak di Pasar Sukawati, Bali, Hanya saja Ruang pamer dan tokonya besar dan unik, yaitu berada didalam gua buatan yang dari luar berbentuk seperti King Kong bermata Kristal. Tentu saja pada waktu mau memasuki Toko ini, saya mengingatkan lagi ke Jenny, ingat janji kita lho, boleh lihat tapi jangan beli, nanti susah bawanya. Dan anda tahu hasilnya? Mana tahan, akhirnya setelah ber-lama2 putar kanan kiri, pijat kalkulator meng konversi euro ke rupiah, catat kanan kiri, eh nggak tahan juga. Saya juga berpikir, ah Swarovsky kan kecil, lagian bayarnya bisa pakai AMEX, baru ditagih akhir bulan habis gajian dan bisa dapat point lagi. Udahlah kali ini melanggar janji lagi nggak apa2 deh, habis ini stop. Kantong belanjaan tambah lagi.

Jam 3 sore kita baru bisa jalan lagi ke Salzburg, yang masih berjarak kira2 150 km lagi. Teoritis ya 2 jam bisa sampai, namun karena rupanya bensin makin mahal, orang makin ber-lomba2 beli, ternyata jalanan di Autobahn penuh juga, sehingga baru jam 6 kita sampai di Salzburg. Penyakit yang sama terjadi lagi di Salzburg, yaitu susah parkir di Zentrum, terpaksa parkir agak jauh dan harus jalan kaki untuk melihat bangunan2 tua di kota Salzburg. Kota ini disamping letaknya dikaki pegunungan Alpen, juga lepas dari penghancuran dimasa Perang Dunia II, sehingga masih banyak bangunan2/gereja2 tua yang masih berdiri dengan kokoh. Saya lihat ada bangunan dari tahun 1450, 1648, 1726 dll yang masih bagus, walaupun perlu di renovasi.
Begitu kita jalan mau melihat bangunan2 tersebut, ternyata cuaca tidak mendukung, yaitu hujan turun. Dan hujannya disini tidak besar tapi turun rincik2 lama sekali sehingga mengganggu sekali. Terpaksa kita “masuk” ke toko menghindari basahnya air hujan (kita sudah siap bawa payung sih), cuman lihat saja, ada Zweiling, pisau Jerman ada toko Tas ini itu, ada toko Souvenir yang menjual T shirt bergambar kota Salzburg yang harganya cuman E 15 (itu Rp 180,000 lho, di Mangga 2 paling cuman 20,000 an). Kalau untuk oleh2 Cucu kan lucu deh. Yah akhirnya hati tergiur juga, jadinya shopping juga.
Karena lupa diri, tadinya kami datang ke Salzburg untuk melihat tempat kelahiran Komponis MOZART yang terkenal dan tempat pembuatan film SOUND OF MUSIC, rencana terpaksa dibatalkan. Akhirnya saya bilang, udah deh saya beli buku Tour saja, nanti saya pelajari dan nanti malam saya ceritain, kan yang penting kita sudah pernah ke SALZBURG, Austria. Nanti saya tunjukin foto2nya jadi kalau ditanya teman2, bilang sudah pernah ke sana. Apalagi masih hujan, nanti kalau jalan2 jadi basah.
Udah deh, saya berhenti cerita saja, karena hari ini, janji tidak ada satupun yang terpenuhi, habis ini nggak lagi deh. Kapok.
Mohon doa restu, ya.


# posted by JARUMSUPER @ 5:35 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 2 - 29 Juni 2006
Seperti biasanya, malam pertama kalau saya melakukan penerbangan lintas benua, selalu mengalami Jet Lag. Demikian pula hari pertama kita berada di benua Eropah ini.
Karena nggak tahu mesti ngapain, jam 2:30 pagi2 dinegara asing, dan orang2 yang lain masih tidur lelap, ya aku lalu iseng melanjutkan ocehanku kanan kiri ini.

Kami sampai kemarin pagi di Lapangan Terbang Frankfurt am Main (FRA) jam 6:30 pagi waktu setempat , on time setelah terbang selama kira2 12 jam dari Singapura.
Untung (kalau orang Jawa selalu untung terus), karena pesawat SQ dari Singapura ke Frankfurt fully book (barangkali karena masih demam Bola, World Cup), begitu melihat kakek tua yang jalannya sudah pakai tongkat ini, mereka jadi merasa kasihan dan kita dipindahkan ke kelas yang paling tidak diminati dan yang paling kosong, yaitu First Class.
Di penerbangan biasa saja, aku tidak pernah mengalami kesulitan untuk tidur dalam perjalanan, apalagi semalam, sudah makan kenyang, langsung tidur lelap sampai pagi hari. Untung.
Nasehatku, kalau anda tidak malu, pakailah tongkat waktu anda bepergian, banyak manfaatnya. He he he.

Begitu mendarat di FRA, kita merasakan perbedaan antara Winter di Perth dengan Summer di Eropah, temperaturnya kayak dirumah kira2 27 derajat Celsius, jadi jaket dan mantel terpaksa dibuka.
Perbedaan lain yang sangat kentara sekali perbedaannya adalah mengenai Pelayanan Umum (Public Services) di Negara Barat dan Timur.
Coba saja, kalau anda mendarat saat ini di Lapangan Terbang Changi, Singapura, di counter Imigrasi terpampang jelas papan reklame, yang memintakan anda untuk memilih, siapa petugas imigrasi yang paling ramah. Disitu ditulis juga apa yang perlu dinilai yaitu 1. harus tersenyum, 2. melakukan tatapan mata (eye contact) ke para tamu 3. menyerahkan paspor dengan 2 tangan setelah selesai pemeriksaan.
Memang Singapura semuanya serba diatur, orang tersenyum ramah saja perlu diinstruksikan.. Kalau di Indonesia dilakukan demikian, pasti ada demo atau protes oleh petugas Imigrasi, kan tugas mereka bukan melayani tapi dilayani.
Nah sampai di Jerman, lain lagi, para Petugas Imigrasi memang dilatih untuk tidak boleh tersenyum, sehingga kita2 yang masuk Eropah dengan mempergunakan Visa, merasa ngeri menghadapi mereka. Aku coba berlaku ramah dengan mereka, dengan menyapa Good Morning, namun tidak ada ungkapan perasaan apapun di wajah petugasnya. Serem deh.
Tanpa berkata apa2, dia buka lembaran paspor kita satu persatu. Dia buka sambil kadang2 melihat wajah kita tanpa senyum, kayak pesakitan saja. Sudah selesai di bolak balik dia ketik sesuatu ke computernya, dia lihat lagi paspor kita lembar per lembar, tanpa senyum, tanpa eye contact, apalagi menyerahkan dengan kedua belah tangan seperti instruksi Pemerintah Singapura. Akhirnya setelah berdiri didepan Petugas, rasanya seperti lamaaaaaaaaaaa sekali, paspor dicap dan diserahkan/dilemparkan ke kita tanpa ngomong ba bu sedikitpun. Legalah perasaan kita kerena pintu pertama masuk Eropah telah dilewati dengan selamat. Saya membayangkan barangkali dijamannya almarhum Bapak saya masih hidup dan kalau kita tinggal di Eropah waktu itu, barangkali Nazinya Hitler ya kayak Petugas Imigrasi pagi itu.
Satu hal lagi, kalau berada di Singapura, kalau melihat kakek pakai tongkat, saya berkali kali selalu ditanya petugas di Airport, Do you need any assistance, Sir? Rasanya malu ditanya terus menerus, tapi ya memang salahnya sendiri, maunya pakai tongkat sih. Nah sampai Frankfurt, karena kita belum pernah transit pindah pesawat di Frankfurt, sengaja saya minta Transit assistance dari terminal International ke Terminal Domestik. Dibantu sih dibantu, tapi kita harus sabar, karena reaksi mereka lamban sekali. Untung (untung lagi !!) aku minta bantuan, karena ternyata Airport Frankfurt itu besar sekali dan dibangunnya tambal sulam. Ada 3 terminal yaitu A, B dan C, kita tiba di Terminal C dan harus pindah ke Terminal A. Antara terminal satu dengan lainnya, ternyata harus lewat macam2 tangga, naik turun, dan harus pindah naik kereta listrik segala, jauh sekali deh. Aku perlu waktu kira2 45 menit untuk transit, tapi barangkali makan waktu 15-20 menit untuk berpindah dari petugas yang satu ke petugas lainnya. Mereka suka ngomong yang aku nggak ngerti ngomongin apa dan siapa, barangkali ngomel2 wong Kasta Aria (bule Jerman) kok di-suruh2 melayani Kasta Sudra (kakek Melayu).

Begitu pesawat kita mendarat di Airport Josef Strauss di Munchen (Munich kata orang Inggris atau Monaco kata orang Bavaria), kita merasa lega karena kali ini kita tidak distop dan ditanya macam2 oleh Petugas Douane, seperti halnya kalau kita pergi ke Australia. Mereka (orang Australia) selalu alergi kalau kedatangan tamu dari Asia, karena selalu membawa oleh2 makanan yang terbuat dari macam2 bahan berbahaya dan aneh2, sehingga pemeriksaan Quarantine di Australia (dan New Zealand) adalah yang terketat dan tergalak didunia. Aku pernah kena denda A$250 (Rp 2 juta) hanya karena “lupa” menyebutkan bahwa didalam koperku ada sekantong plastik kacang goreng, sisa camilan dirumah kemarin.
Dan setelah melewati pintu Douane, kita tersenyum lebar karena Veronica dan Fritz suaminya sudah menunggu kita di pintu keluar, jadi nggak usah repot2 cari taxi. Bayangin taxi di Eropah mahalnya bukan main, bisa2 habis Euro 40 (Rp. 500,000) sekali jalan. Mereka saja yang menjemput kita, harus parkir dan bayar 2 Euro per jam (Rp. 25,000/jam). Menurut mereka, yang paling sakit adalah kalau isi bensin. Untuk bensin biasa, tiap kali isi full tank, habis kira2 80-an Euro (uang kita 1 juta), bayangin, makanya kalau bensin naik di Indo jangan ngomel, rasain kalau kamu mesti beli bensin di Eropah.

Hari kemarin, kita lalui dengan santai, pertama karena phisik sudah MANULA (Manusia Usia Lanjut), perlu waktu untuk melakukan istirahat, kemudian kemarin waktunya juga dihabiskan untuk kunjungan2 sosial keluarga. Bertemu dengan keponakan kita Veronica, mulailah ngobrol gossip ngalor ngidul, si anu ngapain, ada apa dengan keluarga ini itu, sampai2 lupa mengisi perut. Langsung koper dibuka, dan sebagai warga Melayu yang baik, tidak lupa membuka 1 koper yang khusus isinya macam2 makanan khas oleh2 Indonesia, kerupuk, terasi, ikan asin, oseng2 tempe dll dll sehingga siang itu kita makan sepertinya kayak dirumah Jakarta saja, cuman habis makan harus cuci piring sendiri2.
Untung (untung lagi !!), kita tiba di waktu musim panas, sehingga hari baru mulai gelap kira2 jam 9:30 malam (atau jam 2:30 pagi hari di Jakarta), sehingga kita otomatis mulai mengantuk begitu hari gelap. Juga karena harinya panjang, punya banyak waktu untuk bicara gossip macam2.

Kalau anda mau membaca sampai baris ini, berarti anda sudah membantu saya yang sudah terbangun sejak jam 2:30 tadi pagi dan tidak punya kerjaan lain selain ngoceh ini.
Pagi ini rencana kita akan ke Salzburg dan Inssbruck di Austria, sehingga nanti bisa ada bahan lagi untuk ber-bual2.


# posted by JARUMSUPER @ 5:33 AM 0 comments

Laporan Perjalanan 1 - 26 Juni 2006
Hari ini, Senin tanggal 26 Juni 2006, mulailah kami berangkat mengawali rencana perjalanan kami selama sebulan. Memang terasa sekali setelah melewati masa SWEET (over swidag - 60), ternyata bahwa keadaan fisik kami berbeda sekali dengan masa2 yang lalu ketika kami masih "muda".
Kami memilih untuk meninggalkan PERTH secepat mungkin, maklumlah sudah bosan rasanya tiap hari harus memikirkan untuk ke dokter dan berobat macam2. Kami putuskan untuk ambil "the first available flight" yaitu SQ yang berangkat meninggalkan Perth hari Selasa tanggal 27 Juni jam 01:00 PAGI. Bayangin sudah GAEK nggak tahu diri lagi.
Malam sebelumnya, kami rencana untuk mengucapkan selamat jalan kekota Perth, dengan mengunjungi Rumah Makan Korean BBQ "All U Can Eat" dengan teman kami, Kiki dan Nancy yang selalu membantu kami selama kami dan keluarga berada di Perth. Karena setelah operasi Arthroscopy lutut, aku nggak boleh mengemudi mobil, maka ke-mana2 kita minta tolong Nancy untuk diantarkan.
Begitu masuk di restoran tersebut (semacam Hanamasa di Jakarta, hanya saja dengan harga yang ber-lipat2 kali), saya terus lupa diri. Lupa bahwa cholesterol, Trygliceride, asam urat, SGPT/SGOT dll semuanya sudah ada di 'border line" malahan ada yang sudah diatas batas atas, langsung menyerbu yang namanya Kimchie, Kalbi, Bulgogi dan macam2 Daging yang ada (entah kambing, sapi, babi, ayam, udang dll), sampai2 lupa bahwa malam itu kami harus checkin ke airport. Kekenyangan, nggak kuat bangun dan jalan lagi.
Ngomong2 mengenai mobil, kebiasaan kami di Perth, selalu menyewa mobil yang dikemudi sendiri. Kontrak sudah dimulai sejak kita datang tanggal 19 Juni selama seminggu, karena kontrak lebih murah dibandingkan dengan sewa harian. Ternyata karena saya harus masuk RS tanggal 20 Juni dan sesudahnya nggak boleh mengemudi dulu, terpaksa mobil dongkrok di garasi saja. Dan memang kalau sudah bertambah tua, macam2 musibah selalu terjadi. Pada waktu sudah waktunya untuk mulangin mobil, eh itu kunci mobil dicari nggak ketemu. Biasa, saling menyalahkan dengan isteri tercinta, makin nggak ketemu, lupa disimpan dimana. Sampai akhirnya menyerah, terpaksa aku naik taxi ketempat penyewaan mobilnya, minta kunci cadangan dan membayar uang jaminan A$100. Penjaga persewaan mobil wanti2, kalau kunci nggak ketemu, maka uang jaminan nggak bisa kembali. Buset, tapi ya apa boleh buat.
Sampai dirumah, waktu mobil mau distart dengan kunci duplikat, ternyata nggak bisa, macet cet, akinya HABIS. Wah, mana jauh dari Pak Juanedi atau Faijun, minta tolong ke siapa nih. Terpaksa telpon lagi ke persewaan mobil. Si penjaga dengan enaknya bilang, kalau aki habis, itu salah penyewa, karena mungkin lupa matiin lampu dll, jadi kalau mau panggil teknisi, harus bayar A$62 sekali datang. Buset.
Telpon kiri kanan, aku diajari disuruh JUMP START, yaitu pakai kabel aki, distart dari mobil lain. Yah itulah kalau terbiasa dimanja di Indo, dimana semuanya dilakukan oleh pembantu dan sopir, mana ngerti soal Jump Start. Untung masih ada teman yang mau capai2 datang ketempat kami tinggal (walaupun waktu itu hari Minggu). Bantuan datang, dengan melakukan Jump Start tersebut, dan mobilnya langsung jalan. Tapi, kunci masih tetap belum ketemu.
Dan saya masih teringat ada yang memberi nasehat, kalau ada barang hilang, berdoalah ke St Antonius, nanti bisa ketemu. Dengan rasa percaya dan nggak percaya, mengingat masih ada uang jaminan A$100 tersebut, aku mau berdoa.
Tahu, nggak, ternyata mujizat telah datang. Waktu hari terakhir, kemarin, sedang siap2 membereskan koper, tanpa sengaja aku membuka laci untuk mencari gembok, eh ditempat yang nggak pernah saya duga sebelumnya, didalam doos yang berisi gembok tersebut, ternyata kunci mobil itu ada disitu. Aneh tapi nyata. Saya nggak pernah menduga sama sekali dan sampai sekarang nggak habis pikir, bagaimana kunci tersebut bisa ada didalam laci.
Jadi nasehatku, lain kali kalau ada barang hilang, berdoalah ke St Antonius, pasti akan terbantu.
Wah, jadi ngelantur ke-mana2. Akhirnya setelah semuanya beres dan dapat uang jaminan kunci cadangan kembali, dengan gembira kita pesan taxi untuk ke Airport.
Semua proses checkin, imigrasi dan lain2 semuanya berjalan lancar dan kami dibantu banyak oleh petugas SQ. Maklum sejak operasi lutut, aku ke-mana2 selalu jalan dengan tongkat, walaupun tanpa tongkat juga bisa. Tapi tongkat itu memberi manfaat dan berkah banyak. Tiap orang jadi kasihan lihat kakek gaek jalan pakai tongkat, selalu dapat prioritas. Tas cabin ada yang membawakan, ada yang menaikkan dan menyimpan tas kabinku di rak atas pesawat, kalau jalan selalu ditanya "Do u need any assistance?", para pramugari balapan untuk menggandeng. Jadi sekarang menjadi senjata saya kalau travelling untuk mendapatkan kemudahan2.
Jam 11 malam kita sudah masuk kedalam airport, eh ngak tahunya didalam airport, dipenuhi oleh orang2 yang lagi nonton World Cup, maklum malam itu (jam 11 waktu Perth) mulailah pertandingan antara Team Italia dan Team Anak Bawang Australia. Semua orang bersorak, kalau Australia menyerang gawang Italia. Saya mau bersorak untuk menyemangati team Italia (karena adik saya ada yang kawin dengan bule Italia), nggak berani, takut kalau2 dikeroyok oleh orang2 Australia yang buas2.
Sampai para penumpang diminta boarding, score masih 0-0, dan rasanya kalau nggak diannounce ber-ulang2, para penumpang SQ malam itu ogah untuk berangkat. Untungnya, beberapa menit sebelum jam 01:00, ternyata Italia berhasil memasukkan goal ke gawang Australia, jadilah semua penonton buyar dan mereka ingat bahwa pesawat sudah akan berangkat.
Nah itulah dongengan kami, pada saat kami memulai perjalanan kami ini. Kalau bosan membacanya, langsung saja di delete, kalau masih belum bosan, bisa dibaca nanti kalau sedang buang hajat di WC.
Otherwise, sampai jumpa lagi dilain kesempatan. Besok pagi jam 9:00 ( atau jam 14:00 wib) kita berharap sudah akan mendarat di Munich. Doakan minta selamat ya.
Auf wiedersehen.


# posted by JARUMSUPER @ 5:28 AM 0 comments